KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bisnis PT Harum Energy Tbk (
HRUM) akan banyak ditentukan dari hasil ekspansi di bisnis nikel. Sejak 2021 lalu, emiten milik Kiki Barki ini mulai melebarkan sayapnya dengan masuk ke bisnis komoditas nikel. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, ekspansi ini menjadikan HRUM punya keunggulan karena telah lebih dulu mengembangkan bisnis nikel daripada emiten batubara lain. Analis Henan Putihrai Sekuritas Alroy Soeparto juga menilai, HRUM punya prospek yang menarik karena diversifikasi usahanya ke pertambangan nikel serta pengolahan pig iron di Halmahera dan Weda Bay Industrial Park. HRUM berencana melakukan ekspansi produksi nikel serta hilirisasi nikel ke bentuk baterai kendaraan listrik.
Melihat hal ini, HRUM kemungkinan akan menggelontorkan belanja modal yang besar dalam beberapa tahun mendatang. Meskipun begitu, HRUM diyakini akan mendapat keuntungan dari volume produksi nikel yang lebih tinggi di tengah penurunan harga batubara. Sebagaimana diketahui, harga batubara sudah melesat tinggi tahun lalu. "Kontribusi segmen nikel HRUM bahkan diprediksi akan menyalip segmen batubara pada tahun 2025," kata Alroy dalam risetnya tanggal 15 November 2022.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Mulai Merasakan Dampak Investasi di Bisnis Tambang Nikel Dengan cadangan batubara yang terbukti sebesar 50 juta-60 juta ton, HRUM tidak berencana mengakuisisi konsesi tambang lagi maupun melakukan perpanjangan izin yang akan berakhir pada 2034. Sebaliknya, HRUM berencana untuk berinvestasi lebih banyak di segmen nikel dengan menambah kapasitas produksi. HRUM juga akan berfokus pada hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel matte dan MHP (
mixed hydroxide precipitate), yang merupakan bahan baku sulfida baterai kendaraan listrik. HRUM juga terbuka untuk mengambil sebagian dari porsi ekuitas mitranya di beberapa tambang nikel dan proyek smelter pig iron. Di sisi lain, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Fahressi Fahalmesta merevisi ke bawah proyeksi pendapatan dan laba bersih HRUM untuk tahun ini. Total pendapatan HRUM diprediksi turun 28,95% secara year on year (yoy) menjadi US$ 648 juta dari perkiraan pendapatan tahun 2022 sebesar US$ 912 juta. Hal ini disebabkan oleh adanya estimasi penurunan pendapatan dari PT Position yang memproduksi bijih nikel. Sebelumnya, Fahressi memperkirakan Position dapat memulai produksi bijih nikel secara komersial pada tahun ini. Namun, permulaan penambangan diprediksi baru akan dimulai pada kuartal IV-2023. Oleh karena itu, ia merevisi volume produksi bijih nikel tahun 2022 menjadi nol, dari sebelumnya 2,4 juta wet metric ton (wmt). Kemudian, volume produksi bijih nikel tahun 2023 diperkirakan sebanyak 0,6 juta wmt dan pada 2024 sebanyak 2,4 juta wmt.
Kapasitas produksi bijih nikel tahunan mencapai 3 juta wmt pada 2024 dan bakal ditingkatkan hingga 5 juta wmt untuk 2025-2026. Berdasarkan perkiraannya, Position dapat menghasilkan pendapatan sebesar US$ 34 juta-US$ 192 juta pada 2023-2025. Pendapatan HRUM dari segmen batubara pada 2023 juga diprediksi turun 33,3% YoY menjadi US$ 598 juta dari perkiraan pendapatan tahun 2022 sebesar US$ 897 juta. Hal ini disebabkan oleh minimnya kenaikan volume penjualan dan penurunan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP). Fahressi memperkirakan, volume penjualan batubara HRUM tahun 2023 hanya naik 2,08% yoy menjadi 4,9 juta ton (dari perkiraan 4,8 juta ton pada 2022). Sementara itu, ASP diproyeksi merosot 51,5% yoy menjadi US$ 122,1 per ton (dari perkiraan US$ 185 per ton pada 2022). Sejalan dengan itu,
bottom line HRUM pada tahun 2023 diprediksi turun. Menurut perkiraan Fahressi, laba bersih HRUM pada 2023 sebesar US$ 233 juta. Angka tersebut menunjukkan penurunan 24,6% yoy dibanding perkiraan laba bersih 2022 sebesar US$ 309 juta. Meskipun begitu, ia melihat prospek HRUM masih positif ke depannya. Pasalnya, HRUM punya neraca yang kuat yang memungkinkan perusahaan untuk punya kesempatan yang lebih besar untuk meraih peluang investasi di nikel.
Baca Juga: Volume Produksi dan Penjualan Harum Energy (HRUM) Kompak Naik di Kuartal III "Saat ini, investasi nikel HRUM kurang terekspos pada baterai kendaraan listrik, tetapi jika perusahaan melakukan investasi di HPAL, ini akan membawa potensi kenaikan," kata Fahressi dalam risetnya belum lama ini. Fahressi merekomendasikan
buy HRUM dengan target harga Rp 2.730 per saham. Begitu juga dengan Alroy yang merekomendasikan
buy HRUM dengan target harga Rp 1.990 per saham. Dalam riset tanggal 4 November 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo juga merekomendasikan
buy HRUM dengan target harga Rp 2.700 per saham. Per perdagangan Kamis (19/1), harga HRUM ditutup naik 1,16% ke level Rp 1.745 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari