Berharap ekspor kembali membaik



JAKARTA. Kombinasi sentimen positif dari AS dengan data neraca perdagangan yang negatif di dalam negeri membuat rupiah dalam jangka pendek bergerak relatif flat.Tapi, jika pemerintah kembali tidak mampu mendorongekspor lebih tinggi dari impor, kondisi rupiah di 2012 tak mustahil bakal terulang.Di awal 2013, nilai tukar rupiah sebetulnya memiliki kesempatan untuk memperbaiki posisi. Investor asing yang memanfaatkan momentum January effect bakal bersemangat masuk ke aset-aset berisiko, termasuk pasar saham Indonesia. Apalagi, setelah Partai Demokrat dan Republik di AS mencapai kesepakatan soal kenaikan pajak bagi orang kaya dan berhasil menghilangkan kecemasan atas resesi Paman Sam.Sentimen positif ini diyakini akan berlanjut ketika Demokrat dan Republik kembali harus memutuskan pemangkasan anggaran dua bulan ke depan. Kepala Divisi Riset Tresuri Bank CIMB Niaga Mika Martumpal dan Kepala Divisi Riset Tresuri Bank BNI Nurul Eti Nurbaeti percaya, tidak ada alasan bagi senat AS menjerumuskan ekonomi negara adidaya itu. Ekspektasi ini harusnya bisa mendorong penguatan mata uang garuda.Namun, di saat yang bersamaan, neraca perdagangan November 2012 kembali mencetak defi sit sebesar US$ 478,4 juta. Dus, akumulasi defi sit sejak Januari hingga November 2012 mencapai US$ 1,33 miliar.Akibatnya, berdasarkan data Bloomberg, posisi penutupan rupiah pada 2 Januari di Rp 9.653 per dollar AS tidak berubah pada 3 Januari (pukul 17.22 WIB). Naasnya, defi sit neraca anggaran yang menjadi momok tahun lalu bakal kembali menghantui 2013. Dalam APBN 2013, pemerintah menyepakati kenaikan kuota impor BBM bersubsidi sebanyak 46 juta kiloliter, lebih tinggi ketimbang kuota 2012 yang sebesar 45,2 juta kiloliter.Jika harga minyak mentah tidak bisa lebih rendah ketimbang2012, beban subsidi pemerintah dipastikan membengkak. Sementara di sisi lain, pemotongan beban dengan menaikan harga BBM bersubsidi sepertinya sulit dilakukan lantaran tidak populis menjelang pemilihan umum 2014. "Kebutuhan dollar AS untuk impor BBM bisa membuat rupiah kembali tertekan, sama seperti tahun lalu," kata Nurul.Asa penguatan rupiah kini bersandar pada membaiknya harga komoditas andalan ekspor serta harapan laju impor melamban. "Kalau ekspor utama seperti karet, minyak kelapa sawit, dan batubara naiknya lebih besar dari harga minyak mentah akan menguntungkan neraca perdagangan. Dan, ini akan positif ke nilai tukar rupiah," ujar Mika.Untuk periode 7-11 Januari 2013, Mika memperkirakan, kurs akan bergerak di antara Rp 9.770-Rp 9.830 per dollar AS. Nurul lebih percaya, ruang bermain rupiah berada di Rp 9.600 - Rp 9.700 per dollar AS.***Sumber : KONTAN MINGGUAN 15 - XVII, 2012 Investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Imanuel Alexander