JAKARTA. Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuannya dari semula 0,25% menjadi 0,15% pada Kamis lalu (5/6). Pemotongan suku bunga tersebut diharapkan bisa menjadi angin positif bagi investor untuk mengalihkan dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia.Bank Indonesia (BI) menangkap potensi capital inflow alias arus dana masuk dari pemangkasan suku bunga acuan ECB. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pemangkasan tersebut akan mempengaruhi bagaimana investor akan mengalokasikan dananya dengan adanya tapering off Bank Sentral Amerika The Fed.Pemangkasan suku bunga ini akan mengurangi tekanan suku bunga internasional yang akan naik, salah satunya dari rencana kenaikan suku bunga The Fed. Tarikan tekanan antara The Fed dan kondisi ECB dengan inflasi yang rendah serta kondisi ekonomi yang kurang menentu akan memberikan dampak kondusif."Esensinya, ekonomi global akan lebih kondusif dan arus modal asing akan masuk ke Indonesia," ujar Perry akhir pekan lalu. Adanya inflow yang salah satunya masuk dari pemangkasan suku bunga ECB ini akan berpengaruh positif bagi rupiah.Menurut Perry, di tengah defisit transaksi berjalan yang melonjak di triwulan II, rupiah akan terbantu dengan adanya peningkatan inflow akibat keputusan ECB. Asal tahu saja, BI memprediksi defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai kisaran US$ 8 miliar atau dua kali lipat dibanding triwulan sebelumnya.Lonjakan defisit yang membengkak tersebut diakibatkan adanya repatriasi aset atau pembagian dividen, pembayaran utang jatuh tempo serta impor yang melonjak. Hal-hal tersebut tentu membutuhkan pasokan valuta asing dolar yang besar. Akibatnya, tekanan pada rupiah meningkat.Selama ini pula, karena terdorong inflow yang tinggi kondisi pundi-pundi cadangan devisa bisa terus naik. Kondisi terakhir Mei, cadangan devisa naik sekitar US$ 2 miliar menjadi US$ 107 miliar. Dari Januari hingga Mei 2014, inflow yang masuk di portofolio mencapai Rp 120 triliun.Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku ada potensi inflow dari kebijakan ECB. Namun, yang perlu diperhatikan adalah isu dalam negeri yang terjadi di negara berkembang.Asia mengami perlambatan dengan Thailand terjadi krisis politik. Di sisi lain Indonesia ada pemilihan umum (pemilu). "Kira-kira risikonya seperti apa (untuk masuk) masih dilihat," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berharap inflow dari pemangkasan suku bunga ECB
JAKARTA. Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuannya dari semula 0,25% menjadi 0,15% pada Kamis lalu (5/6). Pemotongan suku bunga tersebut diharapkan bisa menjadi angin positif bagi investor untuk mengalihkan dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia.Bank Indonesia (BI) menangkap potensi capital inflow alias arus dana masuk dari pemangkasan suku bunga acuan ECB. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pemangkasan tersebut akan mempengaruhi bagaimana investor akan mengalokasikan dananya dengan adanya tapering off Bank Sentral Amerika The Fed.Pemangkasan suku bunga ini akan mengurangi tekanan suku bunga internasional yang akan naik, salah satunya dari rencana kenaikan suku bunga The Fed. Tarikan tekanan antara The Fed dan kondisi ECB dengan inflasi yang rendah serta kondisi ekonomi yang kurang menentu akan memberikan dampak kondusif."Esensinya, ekonomi global akan lebih kondusif dan arus modal asing akan masuk ke Indonesia," ujar Perry akhir pekan lalu. Adanya inflow yang salah satunya masuk dari pemangkasan suku bunga ECB ini akan berpengaruh positif bagi rupiah.Menurut Perry, di tengah defisit transaksi berjalan yang melonjak di triwulan II, rupiah akan terbantu dengan adanya peningkatan inflow akibat keputusan ECB. Asal tahu saja, BI memprediksi defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai kisaran US$ 8 miliar atau dua kali lipat dibanding triwulan sebelumnya.Lonjakan defisit yang membengkak tersebut diakibatkan adanya repatriasi aset atau pembagian dividen, pembayaran utang jatuh tempo serta impor yang melonjak. Hal-hal tersebut tentu membutuhkan pasokan valuta asing dolar yang besar. Akibatnya, tekanan pada rupiah meningkat.Selama ini pula, karena terdorong inflow yang tinggi kondisi pundi-pundi cadangan devisa bisa terus naik. Kondisi terakhir Mei, cadangan devisa naik sekitar US$ 2 miliar menjadi US$ 107 miliar. Dari Januari hingga Mei 2014, inflow yang masuk di portofolio mencapai Rp 120 triliun.Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku ada potensi inflow dari kebijakan ECB. Namun, yang perlu diperhatikan adalah isu dalam negeri yang terjadi di negara berkembang.Asia mengami perlambatan dengan Thailand terjadi krisis politik. Di sisi lain Indonesia ada pemilihan umum (pemilu). "Kira-kira risikonya seperti apa (untuk masuk) masih dilihat," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News