Berharap jadi buah tangan khas Boyolali (3)



BOYOLALI. Sentra makanan olahan jagung di Desa Ketaon, Kecamatan Banyudono, Boyolali dikelilingi lahan pertanian jagung. Sebagian besar petani kini mengolah hasil panen jagungnya karena harga jual jagung mentah terus turun di pasaran. 

Marsudi, salah seorang petani mengatakan, harga jual jagung mentah hanya berkisar Rp.2000-3000 per kilog gram (kg). Kadang harga bisa di atas itu bila sedang memasuki panen raya yang jatuh di bulan Agustus hingga Oktober.

Lantaran harga mentahnya murah, sebagian besar petani kini memilih mengolah hasil panen jagung menjadi aneka produk makanan. "Nilai jualnya lebih tinggi," kata Marsudi.


Berkat usaha makanan olahan jagung, kehidupan masyarakat di desa ini semakin membaik. Menurut Marsudi, usaha ini ditekuni berawal dari coba-coba.

Banyak juga produk olahan jagung yang tidak sukses di pasaran. Tapi mereka tidak putus asa dan terus berinovasi. Di tambah pelatihan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Pertamina, kini mereka semakin terampil membuat makanan olahan jagung.

Awalnya, ada sekitar 36 ibu-ibu yang mengikuti pelatihan membuat makanan olahan jagung. Tapi seiring berjalannya waktu kini tinggal 10 orang yang masih bertahan. Yang lain memilih berjualan jagung mentah di pasar karena dianggap lebih praktis dan. "Jika berjualan di pasar setiap hari bisa dapat uang tanpa menunggu orderan," katanya.

Martini, petani lainnya mengakui, membuat makanan olahan jagung membutuhkan keterampilan dan kesabaran. Tapi bagi yang hobi memasak, aktivitas ini tetap menyenangkan. Martini sendiri mengaku hobi memasak. "Jadi saya tidak ada masalah," ucapnya.

Saat mengikuti pelatihan, ia dan peserta lain diajarkan membuat berbagai jenis kue dengan menggunakan tepung jagung. Pada awal mengikuti pelatihan, Martini menghabiskan 5 kg tepung jagung dalam waktu dua minggu buat coba-coba bikin kue yang ada di resep.

Setelah merasa mampu, ia lalu mulai mencoba memasarkan produknya. Produknya yang paling laku adalah bolu gulung dan egg roll.Martini mengaku, kini sering diminta untuk memberikan pelatihan di acara PKK atau acara ibu-ibu di organisasi gereja.

Dalam pelatihan itu, Martini tetap merahasiakan resep kue bikinannya agar cita rasa produknya tetap konsiten dan tidak ditiru orang lain. Paling ia mengajari membuat kue jenis lain yang sudah umum.

Martini pun kerap memberikan penyuluhan bahwa makanan olahan dari jagung sangat aman dikonsumsi bagi para penderita penyakit gula atau diabetes.

Menurut Martini, kendala utama bisnis olahan jagung ada di pemasaran. Sampai sejauh ini, pemasaran masih terbatas di daerah sekitar.

Martini bercita-cita, suatu saat produknya bisa menjadi oleh-oleh khas daerah Boyolali. Kebetulan di Boyolali banyak sekali petani jagung. Ia juga berharap bisa memasarkan produk kuenya di kios atau bisa menitip di toko oleh-oleh.

"Usaha ini sudah lima tahun berjalan. Kami ingin ke depan bisa berkembang luas dan produk desa kami bisa lebih dikenal luas lagi," ucap Martini. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan