Berharap Nusa Tenggara Timur jadi lumbung garam



ENDE. Penurunan produksi garam tahun 2010 ini mendorong pemerintah menggelar program peningkatan produksi garam nasional dan pembangunan sentra baru produksi garam. Jika peningkatan produksi ini berhasil, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada garam impor.

Target pembukaan sentra baru produksi garam misalnya akan diterapkan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi ini akan menjadi lumbung garam nasional mulai tahun 2014. "NTT memiliki peluang besar untuk menambah produksi garam nasional," ujar Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan di Ende, kemarin (29/12).Dia menjabarkan, potensi lahan pertanian garam di NTT mencapai 8.953,25 hektare (ha). Dari total lahan itu, yang tergarap baru 151 ha.

NTT merupakan daerah yang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi lumbung garam karena musim kemarau wilayah ini sangat panjang, yakni sekitar tujuh sampai 10 bulan setahun.


Salah satu bentuk pengembangannya adalah melalui pembentukan kampung garam. Konsep kampung garam itu akan melibatkan perbankan dan pemerintah daerah. Konkretnya, KKP akan memberi Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kampung garam lewat BNI dan BRI.

Selain itu, KKP juga akan menyalurkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan kepada petani garam secara cuma-cuma. "Perbankan nanti bisa terlibat pengembangan kapasitasnya dalam program corporate social responsibility (CSR)," papar Fadel.

Selama ini, produksi garam di NTT memang masih minim. Menurut Subandono, Direktur Pesisir KKP, tahun 2009, produksi garam NTT baru mencapai 8.500 ton. Padahal kebutuhannya 17.175 ton. Kondisi ini menyebabkan NTT masih kekurangan garam sebanyak 8.675 ton per tahun.

Selama ini, menurut Subandono, petani garam NTT enggan menggarap lahannya akibat sulit mendapat kan modal. "Karena itu sekarang kami memberikan akses modal," katanya.

Berdasarkan data KKP, di NTT terdapat 97 unit sentra produksi garam rakyat dengan 3.500 tenaga kerja. Lokasi potensial untuk tambak tersebut antara lain di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Rote Ndao, Ende, Ngada dan Kabupaten Sumba Barat.

Untuk pembuatan kampung garam tersebut, KKP membidik Kecamatan Wewaria di Kabupaten Ende. Di lokasi itu terdapat 525 ha lahan garam potensial, namun yang tergarap hanya 15 ha.

Hasan Ahmat, seorang petani garam di Indramayu menghimbau petani garam di NTT memanfaatkan teknologi demi meningkatkan produktivitas lahan. "Salah satunya adalah memanfaatkan zat adiktif seperti ramsol yang bisa mengikat kotoran pada garam," kata Hasan. Ia bilang, dengan ramsol ini, produksi garam bisa ditingkatkan dari 60 ton menjadi 80 ton per hektare dan lebih bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini