Berharap Tech Winter Reda Setelah Suku Bunga Turun



MOMSMONEY.ID - Berharap sentimen penurunan suku bunga acuan Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve bisa membawa angin segar bagi industri stratup. Meskipun, beragam tantangan lain masih menerjang industri ini. 

Beberapa tahun belakangan hingga saat ini merupakan masa yang penuh tantangan bagi ekosistem startup global. Tech winter melanda industri ini ditandai dengan menurunnya aktivitas investasi, seringnya terjadi pemutusan hak karyawan (PHK) dan pembekuan perekrutan, perubahan sentimen investor, serta berkurangnya selera risiko. 

Berdasarkan riset Tech in Asia Conference 2024, aktivitas pendanaan di kawasan Asia Tenggara turun 13% secara tahunan menjadi US$ 816 juta dalam periode antara 1 Januari dan 15 Maret 2024.  


Salah satu penyebab terjadinya tech winter adalah tren kenaikan kenaikan suku bunga yang bertubi-tubi terjadi di AS sejak 2022 hingga 2023. Bahkan, tech winter masih terasa dampaknya hingga saat ini. 

Baca Juga: Tiga Startup Kesehatan Targetkan Dana US$ 400 juta Lewat IPO

Namun, melihat kini suku bunga sudah menurun, Nailul Huda Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) memproyeksikan tech winter baru akan hilang di tahun depan. Sebab, penurunan suku bunga saat ini membutuhkan waktu untuk berdampak ke dunia investasi.

Sekedar mengingatkan, Rabu (18/9),  Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase atau 50 basis poin menjadi 4,75%-5%.

Mengikuti, Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuan atau BI Rate pada September 2024 menjadi 6%. 

"Kita ada peluang untuk keluar dari tech winter di mana faktor penyebab tech winter adalah kenaikan suku bunga, tapi kini suku bunga sudah turun, tetapi masih harus dilihat dampak penurunannya tidak bisa langsung dan masih dilihat ke depan akan turun seberapa besar lagi," kata Huda, Jumat (20/9). 

Namun, dampak yang bisa langsung dirasakan industri startup, bahwa penurunan suku bunga bisa meningkatkan daya beli masyarakat, termasuk meningkatkan permintaan akan produk yang diciptakan startup

Sementara bagi perusahaan modal ventura, Huda berharap dengan turunnya suku bunga mereka bisa lebih kencang menyalurkan pendanaan. Namun, untuk situasi saat ini, penurunan suku bunga hanyalah satu faktor. Sementara, perusahaan modal ventura tetap harus menganalisis kembali faktor lain terkait fundamental startup yang disasarnya. 

Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro juga mengatakan investasi startup di Indonesia akan membaik tetapi butuh waktu. 

Baca Juga: Lewat Transformasi Industri 4.0, Kemenperin Dorong Industri Batik Lebih Efisien

"Tidak bisa serta merta begitu suku bunga turun, invetasi masuk berbondong, mungkin setelah lewat dua kuartal baru terasa aliran investasi masuk," kata Eddi. 

Lebih lanjut, Eddi menjelaskan aliran dana yang masuk ke startup Indonesia banyak berasal dari investor asing yang sensitif terhadap tingkat suku bunga. Sekarang dengan suku bunga yang sudah turun, maka investor asing akan kembali aktif mencari startup atau instrumen lain yang lebih berisiko tetapi memiliki return yang lebih tinggi. 

Namun, tetap investor akan selektif memilih startup yang memiliki fundamental kuat dan dapat melakukan exit atau dapat mengembalikan modal yang telah diinvestasikan. 

Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi juga mengatakan memang penurunan suku bunga memberikan angin segar bagi industri startup untuk mendapatkan pendanaan yang lebih tinggi. Namun, seberapa cepat dan besarnya penurunan suku bunga tersebut di masa depan yang masih harus dipantau lagi. 

"Pergerakan (aliran dana yang masuk ke startup masih sedikit di awal tahun ini, dan masih harus dipantau, " kata Heru. 

Sementara itu Heru melihat penurunan suku bunga saat ini, menjadi peluang untuk investor masuk ke startup yang saat ini ramai dibicarakan, termasuk perusahaan yang berbasis atau menggunakan teknologi AI

"Ketika suku bunga turun investasi di startup jadi pilihan juga," kata Heru.  Mengutip analisis data yang Crunchbase lakukan, kuartal I 2024 menjadi rekor pendanaan startup global terendah kedua sejak awal tahun 2018.

Tercatat, pendanaan ventura global menjadi US$ 66 miliar di kuartal I 2024. Angka ini memang naik 6% secara kuartalan. Tapi, turun dalam hingga 20% dari tahun ke tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita
TAG: