KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) telah mengumumkan laporan keuangan tahun buku 2023 dengan perolehan laba tahun berjalan sebesar Rp 6,75 miliar dibandingkan dengan posisi tahun 2022 dengan rugi tahun berjalan sebesar Rp 35,29 miliar. Sedangkan dari sisi
top-line, IKAI tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 208,39 miliar. Angka ini lebih rendah 8,59% YoY dari sebelumnya Rp 227,97 miliar pada tahun sebelumnya. Direktur Utama IKAI Teuku Yohas Raffli menyatakan, secara operasional, IKAI tetap bergerak dengan dua lini bisnis utamanya yaitu bisnis manufaktur dan pemasaran keramik dengan merek dagang Ezenza serta bisnis
hospitality (properti hotel).
Dia menerangkan, peran kedua segmen terhadap kontribusi total pendapatan usaha semakin seimbang, di mana segmen hotel yang selepas pandemi di tahun 2022 berkontribusi 34%, di periode 2023, mampu berkontribusi 43% dari total pendapatan usaha.
Baca Juga: Indosat (ISAT) Tingkatkan Kapasitas Jaringan Jelang Lebaran 2024 Manajemen IKAI mencatat pertumbuhan CAGR pendapatan sebesar 5,05% selama 5 tahun terakhir dengan rerata
gross margin lebih tinggi yaitu 81,64%. Di tahun lalu, segmen ini mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 89,5 miliar, meningkat 17% dari Rp 76,47 miliar di 2022, dengan
gross margin sebesar 82%. “Segmen hotel berhasil menopang IKAI selepas pandemi dengan rerata pertumbuhan 25,94% selama tiga tahun terakhir, setelah terdampak pandemi di tahun 2020,” ungkap Teuku, dalam keterangan resmi, Kamis (4/4). Portofolio tiga hotel, yakni Hotel Swissbel Bogor, Hotel Swissbel-Inn Medan, dan Hotel Saka, cepat menjadi acuan wisatawan karena berlokasi strategis di kawasan wisata. Dengan model bisnis MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) dan FIT (Free and Independent Traveller), yang berfokus pada
customer experience, segmen ini menjadi penyeimbang segmen keramik. Selanjutnya di segmen keramik, pendapatan usaha pada segmen ini tercatat sebesar Rp 118,9 miliar atau menurun dari semula Rp 151,5 miliar di 2022. Penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kenaikan harga gas industri, kenaikan upah tenaga kerja sesuai UMK, dan kenaikan tarif listrik industri yang berpengaruh besar terhadap struktur biaya. “Bisnis ini sedang menunggu momen terbaiknya di sektor properti yang terdampak pandemi dan masih dalam masa pemulihan hingga saat ini,” sebutnya. Teuku menyebutkan, survei industri juga mengindikasikan adanya perubahan perilaku investasi dan juga pola konsumsi. Di mana, masyarakat masih dalam posisi wait & see untuk kembali berinvestasi di sektor properti, baik residensial, apartemen, maupun perkantoran. Ditambah, persaingan harga ketat karena maraknya pasokan keramik luar negeri berkualitas sama dengan harga sangat bersaing di pasar.
Baca Juga: Tahun Ini, Mitra Keluarga (MIKA) Bidik Pertumbuhan Kinerja Bisnis 12,5%-15% “Dengan karakteristik segmen manufaktur yang
gross margin-nya memang tidak sebesar segmen layanan jasa, segmen ini bertumpu pada skala. Dengan skala yang mumpuni,
brand recognition yang kuat, dan penguasaan saluran distribusi di
outlet modern dan pasar ekspor, Homogenous Tile Essenza dapat bersaing di pasar lokal maupun internasional,” jelasnya. Pihaknya pun optimistis apabila sektor properti bergerak naik, dengan strategi pemasaran yang tepat, segmen ini akan langsung terkerek naik. Secara keseluruhan, profitabilitas IKAI mengalami perbaikan. Di sisi
top-line, margin kotor, meningkat dari 44,71% di tahun 2022 menjadi 48,57% di 2023. Di sisi
bottom-line, berbalik arah menjadi positif dari negatif 14,9% menjadi 8,4%. Sedangkan margin laba bersih meningkat dari negatif 15% menjadi 3%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi