KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berinvestasi atau melakukan trading pada aset kripto kini mulai semakin dilirik oleh masyarakat. Sempat diragukan, namun kini berinvestasi di aset kripto bisa memberikan imbal hasil yang optimal. Bitcoin sebagai aset kripto paling populer misalnya. Pada tahun lalu, harganya masih berada di kisaran US$ 6.000-an per Bitcoin. Sementara kini, harganya sudah berada di US$ 58.761,89 per Bitcoin. Tak pelak, semakin banyak yang masyrakat yang semakin tertarik mencoba berinvestasi pada Bitcoin maupun aset kripto lainnya. Pendiri komunitas Aset Kripto Afid Sugiono mengaku mulai tertarik pada dunia aset kripto, khususnya Bitcoin sudah sejak 2017 silam. Mulanya, ia hanya merasa penasaran karena banyak temannya yang melakukan mining Bitcoin. Didorong oleh rasa penasaran, ia pun coba-coba melakukan trading Bitcoin dengan bekal dana awal Rp 1 juta dan informasi seadanya dari internet.
“Mungkin karena pemula dan masih asal-asalan, setelah deposit di salah satu exchange, dalam dua hari saja, harganya sudah turun sekitar 50%. Akhirnya memutuskan untuk cutloss agar tidak rugi lebih dalam,” ujar Afid ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/3). Afid mengaku tidak kapok dari kerugian tersebut, ia justru semakin tertarik dan memutuskan untuk belajar lebih dalam lagi. Ia pun mulai belajar soal cara analisa, riset lebih dalam soal blockchain dan teknologinya, baik dari internet maupun mencari informasi dari temannya yang lebih berpengalaman.
Baca Juga: Simak cerita investor kripto yang sudah memulai sejak 2014 Lebih lanjut, Afid bilang saat itu kondisi aset kripto belum seprospektif saat ini. Pada medio 2018-an, masih banyak kalangan yang meragukan soal aset kripto sebagai investasi. Namun, ia cukup yakin dengan prospek aset kripto ke depan dan tetap terus mengulik. Tak disangka, 2020 jadi momen yang membuat aset kripto makin populer seiring adanya pandemi Covid-19. “Pada 2020 itu bisa dibilang tahun yang cuan, harga Bitcoin menembus level all time high-nya seiring semakin banyak investor institusional yang juga mulai masuk. Bahkan, saat itu, saya punya Binance Coin yang dalam kurun waktu sekitar dua minggu berhasil mengalami kenaikan hingga 500%,” kenangnya. Sementara investor aset kripto lainnya, Bintar Hadi Mudo justru sudah kenal Bitcoin sejak 2014 silam. Ia ingat, harga Bitcoin saat itu masih di kisaran Rp 3 juta - 5 juta saja. Ia mengaku, pertemuannya dengan Bitcoin berasal dari grup-grup yang ada di Facebook. Ia pun mencari tahu lebih dalam soal aset kripto ini sembari mencoba-mencoba “Dalam bertransaksi, awalnya dimulai lewat airdrop (Sebuah metode pembagian aset kripto secara gratis oleh developer). Tapi ya layaknya investasi pada umumnya, ada naik dan turunnya. Pernah cuan lumayan besar dari IEO Binance, tapi pernah juga rugi banyak dari IEO Bitrex,” terang Bintar. Kini, Afid mengaku melakukan diversifikasi pada aset kriptonya. Ia membagi portofolionya, dalam tiga jangka waktu, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk jangka pendek, ia biasanya melakukan trading dalam kurun waktu harian. Lalu, jangka menengah biasanya untuk beberapa bulan. Sementara jangka panjang, biasanya setahun - dua tahun. Afid menjelaskan, diversifikasi ini penting untuk optimalkan potensi imbal hasil yang didapat. Ia bilang, jangka panjang umumnya menghasilkan imbal hasil yang paling menguntungkan, mengingat harga Bitcoin yang diperkirakan masih akan terus naik. Sehingga upside dari capital gain bisa lebih besar. Afid menyebut saat ini belum terlambat bagi investor yang ingin masuk dan mencoba bermain aset kripto. Ia melihat, dengan teknologi yang masih akan terus berkembang, prospek aset kripto ke depan masih akan terus naik. Apalagi, aset kripto saat ini juga sudah jauh lebih dilirik sebagai instrumen investasi dibanding beberapa tahun silam. “Sekarang cari informasi soal aset kripto sudah banyak banget, komunitas-komunitas juga sudah semakin besar dan tersebar. Jadi banyak sekali sumber bagi yang mau belajar. Tapi, tetap harus hati-hati, bagaimanapun aset kripto masih tergolong baru, jadi ada saja oknum-oknum yang memanfaatkan untuk menipu,” jelas Afid. Afid menyarankan, masyarakat bisa mencari komunitas ataupun sosok yang memang sudah jelas kredibilitasnya sebagai acuan. Sementara exchange untuk transaksi, Afid merekomendasikan exchange yang sudah punya legalitas dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), misalnya Indodax, Tokocrypto, Rekeningku dan yang lainnya.
Baca Juga: Kisah Para Penikmat Untung Ribuan Persen dari Crypto, Tak Hanya Cuan dari Bitcoin Berikutnya, cari yang dari segi fee yang paling kecil, agar keuntungan yang diperoleh bisa lebih optimal. Berikutnya, pilih exchange yang punya volume trading yang sudah besar. Ia menjelaskan, jika orderbook suatu exchange lebih besar, artinya likuiditasnya semakin besar juga. Ini memudahkan ketika investor ingin melakukan jual-beli.
“Dengan banyaknya aset kripto yang beredar saat ini, Bitcoin tetap jadi pilihan paling menarik dan menjanjikan. Tapi bisa juga pilih aset kripto lain yang berada di 10 besar di coinmarketcap.com. Tapi yang paling terpenting itu sudah punya pengetahuan yang baik soal teknologi, analisa, blockchain, dan aset itu sendiri. Jangan pernah sekadar ikut-ikutan,” kata Afid. Sementara Bintar mengingatkan agar masyrakat yang tertarik berinvestasi pada aset kripto harus benar-benar hati-hati. Pasalnya, fluktuasi di aset kripto sangatlah tajam. Sehingga sebaiknya sudah mempunyai bekal yang cukup sebelum memutuskan untuk mencoba. “Jangan lupa untuk menggunakan uang dingin dalam berinvestasi. Jangan gampang tergiur. Di aset kripto itu, dengan modal sedikit itu bisa jadi untung banyak, tapi begitupun sebaliknya. Kerugian juga bisa banyak,” tutup Bintar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi