Berhasil tembus level psikologis Rp 14.000 per dolar AS, rupiah dinilai rawan koreksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil mencatatkan kinerja yang mentereng setelah sempat terpuruk akibat persebaran virus corona. Kala itu, rupiah sempat menyentuh level Rp 16.575 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 23 Maret 2020.

Namun perlahan rupiah berhasil bangkit dan belakangan terus berada dalam tren positif. Pada penutupan akhir pekan lalu (5/6), rupiah sudah berada di level Rp 13.878 per dolar AS. Dengan demikian rupiah sudah berhasil menguat sebesar 16,27% dibanding level terburuknya kala itu.

Baca Juga: Rupiah masih melemah 0,29% ke Rp 13.919 per dolar AS di siang hari ini


Pada perdagangan Senin (8/6), rupiah di pasar spot pada pukul 15.05 WIB terpantau berada di level Rp 13.885 per dolar AS. Dengan keberhasilan rupiah menembus level psikologis Rp 14.000 per dolar AS, lantas seperti apa pergerakan rupiah ke depan?

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, level Rp 14.000 per dolar AS merupakan pegangan atau level psikologis rupiah saat ini. Hanya saja, Sutopo menilai level tersebut sejatinya masih rentan terhadap koreksi.

“Dari fundamental kan rupiah ini sebenarnya masih agak cukup rapuh jika melihat kondisi saat ini. Ditambah lagi laporan upah non pertanian AS dan ADP pekan lalu sedikit lebih baik sedikit, sehingga tren terhadap aset berisiko mulai tertahan sebentar,”ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (8/6).

Sementara itu, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menuturkan penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir imbas dari kembali mengalirnya aliran dana asing ke dalam negeri. Hal ini dinilai Fikri tidak terlepas dari turunnya rating India sehingga aliran modal beralih ke Indonesia.

Baca Juga: Kurs dollar rupiah hari ini di BRI, jual dollar AS ke bank Rp 13.645

“Selain itu, dari sisi yield SUN Indonesia juga termasuk yang sangat prospektif. Oleh sebab itu, setidaknya rupiah belum akan kembali ke level Rp 14.000 per dolar AS dalam sepekan ini,” pungkas Fikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi