Berikut berita paling populer pilihan pembaca



Berikut berita-berita paling populer berdasarkan pembaca situs www.kontan.co.id

Uang Muka KPR Naik

JAKARTA. Untuk menghindari kredit macet dan bubble, Bank Indonesia (BI) akan mengatur Loan to Value (LTV) kredit rumah. Berita ini menjadi yang terpopuler pilihan pembaca situs www.kontan.co.id dalam sepekan terakhir.


Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, untuk menjaga pertumbuhan kredit properti di tingkat yang sehat, maka LTV akan dipertajam. Saat ini, LTV kredit rumah yang berlaku yaitu 70%. Nanti, BI akan mengenakan LTV untuk rumah kedua untuk tipe di atas 70 meter menjadi 60%. Lalu untuk rumah ketiga dengan tipe di atas 70 meter menjadi 50%.

Agus bilang, perbankan juga harus mengetahui data nasabahnya, apakah ini KPR pertama atau seterusnya. Ini supaya bank dapat mengenakan aturan LTV secara jelas. Perbankan wajib mengikuti aturan LTV ini terhitung 1 September 2013. Sebelum resmi memberlakukan aturan tersebut, BI akan melakukan sosialisasi di lingkungan perbankan dan real estate.

Aturan ini berlaku untuk rumah tapak, rumah susun, flat, dan apartemen. Namun, tidak termasuk rumah toko serta rumah kantor. Annisa Aninditya Wibawa

Emas Antam Naik

Harga emas batangan bersertifikat di Logam Mulia milik PT Aneka Tambang (Antam) Tbk kembali menanjak. Berdasarkan situs Logam Mulia, Kamis (11/7) harga 1 gram emas Antam dibanderol Rp 496.000 per gram. Angka ini naik Rp 3.000 dibanding harga Rabu (10/7).

Sementara, harga pembelian kembali emas (buyback) oleh Antam Rp 410.000 per gram. Angka tersebut naik Rp 11.000 dibanding harga sehari sebelumnya. Jumat (12/7), harga emas Antam tetap di harga Rp 496.000 per gram.

Oginawa R. Prayogo

Saham Perbankan Tertekan

Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan, Kamis (11/7), menjadi 6,5% dari sebelumnya 6%. Kepala Riset PT Trust Secuities, Reza Priyambada mengatakan, ini akan berdampak negatif pada sektor perbankan dan properti. Oleh sebab itu, para investor diimbau untuk menjauhi saham sektor-sektor tersebut untuk jangka pendek. Daya beli yang melemah akan menekan margin laba.

Dityasa H Forddanta, Barratut Taqiyyah

Asing Net Buy

Setelah berturut-turut mengambil langkah aksi jual, Kamis siang (11/7), asing tercatat melakukan net buy di pasar reguler lebih dari Rp194 miliar. Saham-saham yang dipilih masih blue chip antara lain BMRI Rp 97 miliar, BBNI Rp 27 miliar, AKRA Rp 27 miliar, WIKA Rp 23 miliar dan BBCA Rp 20 miliar.

Pada perdagangan sesi I Kamis lalu, IHSG naik 108,98 poin atau 2,43% ke 4.0587,63 dengan jumlah transaksi sebesar Rp 4 triliun.

Dyah Megasari

Bangga Bisa Bunuh Anggota TNI

Salah satu saksi dalam sidang kasus penyerangan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cebongan, Sleman, Rudi Handoko, mengaku berkenalan dengan kelompok Deky saat berada di Lapas Cebongan. Saat itu, Deky mengatakan masuk penjara karena terlibat kasus pembunuhan anggota TNI AD di Hugo's Cafe. "Saya dengar mereka bercerita dengan bangga bisa membunuh anggota TNI," ucap Rudi.

Amal Ihsan, kompas.com

JAKARTA. Sebelum memutuskan berinvestasi, seorang investor harus membangun kepekaan dalam melihat prospek investasinya secara jangka panjang. Begitulah pedoman investasi yang dipegang oleh Ari Pitojo, Chief Investment Officer PT Eastspring Investments Indonesia.Ari memulai pengalaman berinvestasi melalui instrumen reksadana saham pada tahun 1996. Kala itu, dia berhadapan dengan krisis moneter Asia tahun 1998. Akibatnya, investasi yang digenggamnya dua tahun ikut anjlok seiring jatuhnya indeks harga saham gabungan (IHSG).Pengalaman rugi tersebut selalu dikenang. Ari memetik pelajaran yang berharga dari kegagalan berinvestasi perdananya. Saat itu, Ari tidak langsung menjual reksadana sahamnya melainkan dipegang hingga harga rebound. Dengan sabar, bapak dua anak ini menunggu momentum pulihnya IHSG untuk melepas reksadana. "Ketika saya melepas reksadana saham, tetap merugi. Namun karena posisi jual yang saya lakukan tidak pada saat harga paling bawah, maka kerugiannya tidak terlalu besar," tutur Ari.Seiring berjalannya waktu, Ari merambah ke investasi properti. Salah satu sumber pendanaan properti diperolehnya dari akumulasi keuntungan di reksadana saham. Portofolio properti ini berupa rumah yang ditinggalinya. Ia memilih Bekasi sebagai lokasi hunian. Sekitar lima tahun yang lalu, Ari merogoh kocek Rp 1,1 miliar untuk membeli tanah di Bekasi. Saat ini, harga tanah sudah melambung hingga Rp 2,3 miliar.Awalnya, Ari membandingkan harga tanah yang akan ia beli dengan harga tanah di lokasi yang tidak terlalu jauh dari perumahannya. Harga tanah di perumahannya lebih murah dibanding tanah yang lain. Namun, ia memiliki keyakinan bahwa pengembang perumahannya akan membangun akses jalan. Keyakinan tersebut terbukti, sehingga harga tanah miliknya lebih tinggi dibanding harga tanah di lokasi lain. "Dalam berinvestasi, kita harus melihat prospek ke depan. Pasca pengembang membangun akses jalan, harga tanah saya lebih mahal dibanding perumahan lain," ujar Ari.Selain dalam bentuk rumah tinggal, Ari juga memiliki sebidang tanah di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD). Tanah ini dibelinya pada tahun 2004. Ia membeli tanah di lokasi ini untuk diversifikasi portofolio. Setelah memiliki rumah dan tanah, Ari merasa cukup mengalokasikan portofolionya pada sektor properti. Selanjutnya, ia memperbesar porsi kepemilikan reksadana saham. Ari menilai, reksadana saham lebih likuid ketimbang properti. Untuk mendapatkan keuntungan, kepemilikan properti umumnya dipegang setidaknya dalam lima tahun. Hal ini berbeda dengan reksadana saham yang bisa dilepas sewaktu-waktu. Bekerja di perusahaan manajer investasi membuatnya mengoleksi produk reksadana yang diterbitkan perusahaan. Dengan demikian, pekerjaannya bermanfaat ganda.Selain faktor likuiditas, lanjut Ari, transaksi jual beli di properti juga lebih besar ketimbang reksadana saham. Pria berkacamata ini juga mengalokasikan investasinya pada emas. Tujuannya adalah untuk berjaga-jaga saat kondisi pasar sedang ekstrem.Dari sejumlah portofolio yang dimilikinya, Ari menggolongkan dirinya sebagai tipe investor moderat. Sebab, setengah dari portofolionya diparkirkan pada properti. Selebihnya dialokasikan pada reksadana saham 30%, emas 10%, dan kas 10%. Porsi kas ia bagi ke dalam tiga mata uang, yakni rupiah, dollar Singapura dan dollar Amerika Serikat.Bagi Ari, reksadana saham merupakan instrumen investasi yang paling pas meski terhitung volatile. Sebab, reksadana saham sangat menarik dari sisi likuiditas maupun return. Sebagai pemain lama, Ari mengimbau para pemula agar memegang prinsip kehati-hatian dalam memulai investasi. Seorang investor harus memiliki keyakinan. Namun, ada kalanya penting untuk mendengar masukan orang lain. "Investor harus yakin pada prinsipnya. Jika ada masukan dari pihak lain, sebaiknya pertimbangkan apakah masukan tersebut masuk akal. Investor perlu mengasah analisa," imbuh dia.                       n Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini