Berikut harga vaksin corona Sinopharm, Moderna, dan Pfizer kelak



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga vaksin virus corona baru potensial yang sedang unit Sinopharm Group kembangkan kelak tidak lebih dari 1.000 yuan atau sekitar Rp 2,16 juta untuk dua suntikan.

Chairman Sinopharm Liu Jingzhen mengatakan, vaksin virus corona eksperimental buatan perusahaannya bisa siap untuk publik gunakan pada akhir tahun ini. 

Vaksin virus corona Sinopharm telah memasuki uji klinis tahap akhir atas manusia di Uni Emirat Arab untuk mengumpulkan bukti kemanjuran guna mendapatkan persetujuan akhir.


"(Vaksin) ini tidak akan dihargai terlalu tinggi. Diperkirakan harganya beberapa ratus yuan untuk satu suntikan, dan untuk dua tembakan, harganya harus kurang dari 1.000 yuan," kata Liu kepada Guangming Daily seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Vaksin corona pertama kantongi paten dari China: CanSino Ad5-nCOV

Pemerintah dan produsen obat di seluruh dunia sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin virus corona. Lebih dari 200 kandidat sedang dalam pengembangan, termasuk lebih dari 20 dalam uji klinis terhadap manusia.

Sementara Moderna Inc mengatakan awal bulan ini, volume yang lebih kecil dari vaksin eksperimentalnya mereka beri banderol harga US$ 32-US$ 37 per dosis atau berkisar Rp 480.000-Rp 555.000 per dosis.

Bulan lalu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan untuk vaksin eksperimental yang Pfizer dan mitranya BioNTech SE kembangkan, yang cukup untuk menyuntik 50 juta orang negeri uak Sam, dengan harga sekitar US$ 40 per orang atau sekitar Rp 600.000 per orang.

Hanya, Liu tidak menyebutkan, apakah program asuransi nasional dari Pemerintah China akan menutupi sebagian biaya vaksin untuk konsumen. Atau, apakah itu bisa masuk dalam skema vaksinasi gratis negeri tembok raksasa.

Baca Juga: Untuk tenaga medis, paket pertama vaksin corona Rusia siap dalam dua minggu

China National Biotec Group (CNBG), unit Sinopharm, telah memindahkan dua strain vaksin menggunakan metode yang sama ke dalam uji coba pada manusia. Pabrik mereka di Wuhan dan Beijing bisa memproduksi lebih dari dua juta dosis setiap tahun.

Editor: S.S. Kurniawan