Berikut ini kerja ekonomi Jokowi-JK selama 2014-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Janji Jokowi pada Pemilu 2014 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7% rupanya tidak terealisasi. Meskipun terus meningkat, sepanjang 2015-2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dikisaran 4,88% hingga 5,17%.

Lima tahun silam, Jokowi-Jusuf Kalla (JK) optimistis pertumbuhan ekonomi bisa tembus 7% asal memperhatikan investasi, regulasi dan pembangunan industri. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat debat pada April 2014 silam.

Saat itu, Jokowi berjanji untuk mempermudah perizinan khususnya untuk usaha. Tujuannya untuk menarik para investor baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, simplifikasi regulasi juga dimaksudkan untuk mendorong pengembangan ekspor berbasis industri.


Untuk mewujudkan nawacitanya, Jokowi-JK sepanjang memerintah pada periode I menelurkan paket kebijakan ekonomi (PKE). Pada kuartal IV-2018, pemerintah menelurkan PKE XVI yang merupakan paket terakhir dari seluruh rangkaian. Perubahan dalam PKE tersebut antara lain memperluas penerapan insentif bagi peletakan devisa hasil ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) di dalam negeri.

Upaya nyata lainnya, Pemerintahan Jokowi-JK selama ini juga fokus pada pembangunan infrastruktur antara lain untuk tujuan konektivitas, ketahanan pangan, maupun telekomunikasi. Selain itu pemerintah juga banyak menggelontorkan insentif bagi dunia usaha seperti tax holiday dan tax allowance.

Pun dari sisi kemudahan berusaha, pada 2018 pemerintah juga telah menerapkan online single submission (OSS) untuk mempermudah izin berusaha.

Kendati demikian, pada masa akhir jabatan Jokowi-JK ada beberapa target yang meleset. Misalnya pertumbuhan investasi yang ditargetkan tumbuh 7% hanya mampu tumbuh 4,1% pada tahun 2018. Pun dari ekspor-impor, justru sepanjang 2018 neraca perdagangan mengalami defisit paling dalam yakni US$ 8,57 miliar.

Sedangkan pertumbuhan industri manufaktur terus berada di bawah 5%. Bahkan pada tahun 2018 industri manufaktur tumbuh melambat dibanding tahun sebelumnya. Tercatat pertumbuhan industri manufaktur tahun 2018 sebesar 4,07% sedangkan tahun sebelumnya tumbuh 4,74%. Padahal dalam RPJMN 2015-2019 pertumbuhan industri manufaktur ditargetkan tumbuh 8%.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro sempat menyebut salah satu penghambat laju pertumbuhan ekonomi paling krusial adalah industri manufaktur dan produktivitasnya. "Industri manufaktur kita terutama yang untuk ekspor masih belum meyakinkan," jelas dia dalam acara Outlook Ekonomi 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .