KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan November 2022, PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream Pertamina mencatatkan penambahan sumber daya 2C terambil sebesar 144 Million Barrels of Oil Equivalent (MMBOE) minyak dan 931 Billion Cubic Feet Gas (BCFG). Sumber daya 2C artinya jumlah migas yang diperkirakan, pada tanggal tertentu yang berpotensi dapat diperoleh kembali dari akumulasi dan diketahui dengan penerapan proyek pengembangan.
Baca Juga: Dukung Transisi Energi Ramah Lingkungan, Pertamina Agresif Temukan Sumber Daya Gas Muharram Jaya Panguriseng, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream menyatakan masih banyak temuan-temuan yang belum divalidasi dan masih akan tervalidasi dalam waktu singkat. “Temuan gas 931 BCFG ini merupakan upaya Pertamina masuk ke transisi energi di mana pihaknya akan mengurangi minyak dan meningkatkan gas,” ujarnya dalam acara E2S Outlook Sektor ESDM 2023, Selasa (13/12). Peningkatan kegiatan eksplorasi gas seiring dengan agenda transisi energi. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak dan gas sampai dengan 2050 meski secara presentase turun, tetapi volume kebutuhannya meningkat berkali-kali lipat. Di dalam RUEN dijelaskan bahwa di 2021 Indonesia membutuhkan energi kurang lebih 210 MTOE di mana minyak berkontribusi 32% dari kebutuhan energi primer lalu gas 19% dan energi baru terbarukan/
renewable energy telah mengisi sekitar 12%. Kemudian pada 2050, kontribusi minyak akan menurun menjadi 20% dan gas akan meningkat menjadi 24%. Meski secara persentase kebutuhan minyak sebagai energi primer turun, kebutuhan energi Indonesia akan mencapai 1.000 MTOE. Muharram bilang, Pertamina harus memenuhi sekitar 44% migas terhadap energi primer di 2050 atau sebesar 440 Mega Ton Oil Ekuivalen (MTOE). “Minyak dan gas akan memegang peran yang sangat vital pada 2050 nanti. Itu yang membuat kami harus agresif dan masif di dalam melakukan eksplorasi,” ujarnya. Untuk mendukung rencana ini, Muharram bilang, Pertamina menerapkan teknologi terkini untuk eksplorasi seperti Broadband marine 2D Seismic Acquisition, Full Tensor Gravity Gradiometry (FTG), dan Viborseis Survey.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Ungkap Temuan Hidrokarbon Baru di Papua Muharram mengemukakan ada sejumlah tantangan di sektor hulu migas yakni selain menjaga keamanan energi, Pertamina juga harus menyediakan kebutuhan energi Indonesia yang akan terus meningkat. “Selain itu, kami juga harus melkaukan dan menghadapi tantangan
net zero emission di 2060,” terangnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto