Berikut langkah yang dilakukan KBI guna optimalkan digitalisasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Istilah digitalisasi belakangan ini menjadi topik yang banyak dibicarakan di tengah gelombang disrupsi teknologi, pandemi Covid-19, serta ketatnya persaingan dunia usaha. Bahkan, Menteri BUMN Erick Tohir sudah mendorong perusahaan BUMN untuk menjadikan digitalisasi dan inovasi sebagai fondasi dalam menghadapi persaingan.

PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) pun telah menjalankan digitalisasi sejak beberapa waktu yang lalu. BUMN yang memiliki lini bisnis sebagai lembaga kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi di perdagangan berjangka komoditi dan pasar fisik, serta pusat registrasi resi gudang ini telah menyiapkan road map jangka panjang.

“KBI akan bertransformasi dari perusahaan kliring yang menggunakan teknologi digital, menjadi perusahaan digital yang memiliki lisensi kliring,” kata Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi dalam siaran pers, Senin (12/7).


Dalam hal layanan KBI sebagai lembaga kliring, Fajar mengatakan, saat ini semua laporan terkait kegiatan kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi sudah dilakukan secara digital. Sementara untuk sistem resi gudang, KBI belum lama ini telah memperbarui aplikasi registrasi dengan mengaplikasikan teknologi blockchain dan smart contract

Baca Juga: ICDX bukukan transaksi valuta asing (GOFX) 294.658 lot settled di semester I-2021

Fajar menyebut, tantangan yang harus dihadapi KBI bukan hanya digitalisasi dalam proses bisnisnya, bukan ke perangkat digitalnya, tapi juga ke bagaimana karyawan memiliki mindset digital. Penekanannya lebih ke bagaimana karyawan memiliki pola pikir digital. 

Sedangkan dari sisi internal, ia bilang, berbagai program digitalisasi pun telah dan sedang dilakukan BUMN ini, seperti aplikasi e-nota, Human Resources Information System (HRIS), serta sistem internal yang terotomasi. “Digitalisasi Bisnis yang dilakukan KBI ini tentunya sejalan dengan core value BUMN yaitu AKHLAK, dimana salah satu nilai utamanya adalah Adaptif. Dalam nilai Adaptif ini, KBI senantiasa terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan maupun menghadapi perubahan,” imbuh Fajar

Pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan, disrupsi teknologi tidak bisa dihindari, dan mau tidak mau BUMN harus melakukan langkah adaptasi serta transformasi menuju digitalisasi. Ia melihat, sebagian BUMN sudah beradaptasi dengan perubahan radikal akibat disrupsi teknologi tersebut. 

“Artinya mereka memang sudah mengaplikasikan digital age dalam operasional perusahaan, serta people mindset dalam organisasi. Namun demikian, dari proses digitalisasi tersebut yang lebih penting adalah adanya transformasi budaya di BUMN untuk menuju perusahaan negara yang memiliki digital mindset & budaya yang kuat,” terang Toto.

Baca Juga: Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) catatkan transaksi hingga 4 juta lot di semester I-2021

Selanjutnya: Kliring Berjangka (KBI) catatkan kenaikan pemanfaatan resi gudang di semester I-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati