KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja unitlink pendapatan tetap mencatatkan imbal hasil yang positif bulan Oktober 2019. Merujuk data Infovesta Utama, pada periode tersebut, imbal hasil unitlink pendapatan tetap di angka rata-rata positif tipis 1,06% dari 136 produk menorehkan kinerja positif, dan enam produk dengan imbal hasil negatif. Hasil imbal hasil tersebut terbilang tumbuh dibandingkan dengan bulan September 2019 yang menorehkan imbal hasil positif 0,33%. Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, kinerja unitlink pendapatan tetap yang positif, karena karena terpengaruh oleh indeks pasar surat utang negara (SUN). Kondisi itu terlihat dari data Infovesta Government Bond Index yang tercatat positif 1,34%, dan secara year to date (ytd) di angka 9,12%. “sektor ini memimpin karena terkerek dengan sektor perbankan dan sektor infrastruktur yang cukup menguat sepanjang bulan Oktober. Pasar obligasi cukup moncer selama dua bulan terakhir ini. Karena terkerek dengan antisipasi pemangkasan suku bunga, rupiah menguat, dan pasar saham masih belum jelas. Maka obligasi menjadi alternatif,” kata Praska Putrantyo kepada Kontan.co.id, Minggu (10/11).
Berikut lima jawara unitlink pendapatan tetap sepanjang Oktober
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja unitlink pendapatan tetap mencatatkan imbal hasil yang positif bulan Oktober 2019. Merujuk data Infovesta Utama, pada periode tersebut, imbal hasil unitlink pendapatan tetap di angka rata-rata positif tipis 1,06% dari 136 produk menorehkan kinerja positif, dan enam produk dengan imbal hasil negatif. Hasil imbal hasil tersebut terbilang tumbuh dibandingkan dengan bulan September 2019 yang menorehkan imbal hasil positif 0,33%. Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, kinerja unitlink pendapatan tetap yang positif, karena karena terpengaruh oleh indeks pasar surat utang negara (SUN). Kondisi itu terlihat dari data Infovesta Government Bond Index yang tercatat positif 1,34%, dan secara year to date (ytd) di angka 9,12%. “sektor ini memimpin karena terkerek dengan sektor perbankan dan sektor infrastruktur yang cukup menguat sepanjang bulan Oktober. Pasar obligasi cukup moncer selama dua bulan terakhir ini. Karena terkerek dengan antisipasi pemangkasan suku bunga, rupiah menguat, dan pasar saham masih belum jelas. Maka obligasi menjadi alternatif,” kata Praska Putrantyo kepada Kontan.co.id, Minggu (10/11).