Berikut proyeksi IHSG dari 10 analis Selasa ini



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih akan tertekan, setelah koreksi di awal pekan. Senin (9/3) IHSG melemah 1,27% ke 5.444,63. Pelemahan indeks saham ini  terjadi pasca IHSG menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 5.514,78 pada Jumat (7/3). 

Semua sektor saham melemah, kecuali sektor perkebunan yang masih menguat 0,65%. Sementara penurunan terdalam dialami indeks sektor properti dan konstruksi 2,28% dan sektor perdagangan, jasa dan investasi 1,57%.  Kemarin asing juga melakukan aksi jual bersih Rp 274,8 miliar. Sedangkan bursa Asia yang tercermin dalam MSCI Asia Pacific Index menurun 0,9%, menjadi 144,17 hingga pukul 19.01 waktu Tokyo.

Hari ini para analis menilai, masih banyak faktor eksternal yang memicu IHSG ikut melemah. Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas, mengatakan, salah satunya adalah data nonfarm payroll dan pengangguran Amerika Seritat (AS) yang positif. Nonfarm payroll meningkat menjadi 295.000 pada Februari 2015. Sementara tingkat pengangguran  di AS turun menjadi 5,5%  pada Februari 2015 dari sebelumnya 5,7%. 


Vice President Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee menambahkan, hasil positif dari data kedua tersebut menyalakan sinyal bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. Ditambah lagi, upah buruh AS terus meningkat sejak awal tahun. "Hal tersebut ditakutkan investor, sehingga indeks melemah," ujar dia. 

Para investor, baik asing atau lokal melakukan profit taking. Tapi jika dihitung sejak awal tahun, asing masih mencatatkan net buy Rp 11,43 triliun. Karena itu Purwoko menilai, aksi tersebut masih wajar. 

Apalagi, ada sentimen negatif karena melemahnya rupiah yang mencapai level Rp 13.000 per dollar AS, kemarin. Sejatinya melemahnya mata uang tak hanya terjadi di Indonesia, tapi hampir di semua negara Asia. Masalahnya, Indonesia memiliki porsi ekspor lebih mini dibanding negara Asia lain. Berbeda dengan Jepang yang menginginkan yen melemah untuk mendorong neraca dagang. "Di Indonesia porsi ekspor cukup besar pada komoditas batubara, tapi harga komoditas ini sedang anjlok," papar Hans. 

Sehingga di jangka pendek, IHSG masih terkoreksi. Sedangkan di jangka panjang IHSG masih masih dalam tren naik. Pemerintah mulai merealisasikan pembangunan konstruksi di semester II. "Selain itu, dana asing juga masih akan masuk ke Indonesia," proyeksi Hans. 

Katalis selanjutnya yang bisa menggerakan IHSG adalah pengumuman BI rate. Analis memproyeksikan, BI rate stagnan di posisi 7,5%.  Hans memperkirakan, pada semester I tahun ini IHSG di 5.500 dan di akhir tahun akan menyentuh 6.000-6.200. Sementara Purwoko memproyeksikan, di 5.900-6.000 hingga akhir tahun. 

Sedangkan hari ini saja, Hans memprediksikan, IHSG di 5.424-5.450 dan Purwoko mengestimasikan di 5.420-5.460. Pilihan saham  tahun ini menurut keduanya masih di sektor konstruksi, infrastruktur dan perbankan. Sebab sektor tersebut yang masih akan diuntungkan lantaran sejalan dengan program pemerintah.

Nama Institusi Naik Turun Support     Resistance
Achmad Yaki Y Sucorinvest Central Gani   Turun 5.418 5.478
William Surya W Asjaya Indosurya Securities Naik   5.426 5.547
Krishna D Setiawan Lautandhana Securindo    Turun 5.424 5.485
Alwy Assegaf Universal Broker Indonesia   Turun 5.410 5.470
Kiswoyo Adi Joe Investa Saran Mandiri Naik   5.400 5.500
Fadli Net Sekuritas   Turun 5.390 5.500
Parningotan Julio Batavia Prosperindo   Turun 5.400 5.490
Purwoko Sartono Panin Sekuritas Naik   5.420 5.460
Aditya Perdana Semesta Indovest   Turun 5.391 5.512
Reza Nugraha MNC Securities   Turun 5.410 5.480
Median       5.410 5.487
Disclaimer: Prediksi 10 analis disajikan berdasarkan kondisi pasar saham pada saat prediksi ini dibuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto