Berikut rekomendasi portofolio investasi di tengah ancaman second wave virus corona



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester kedua tahun ini, pemerintah menerapkan new normal. Roda ekonomi mulai menggeliat meski kasus positif virus corona justru ikut menggeliat juga. Di tengah kondisi seperti saat ini, seperti apa baiknya para investor menyusun portofolio investasi?

Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul yakin bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik. Dari sisi pasar saham, Jemmy juga melihat Indonesia menawarkan potensi imbal hasil cukup menarik bagi investor asing dengan price to earning ratio (PER) rata-rata cukup murah di level 12,4 per 10 Juli 2020.

“Dengan kondisi ini, kami memperkirakan IHSG di akhir tahun akan berada di 5.500-an dan akan ditopang oleh investor domestik. Sementara yield obligasi benchmark 10 tahun akan di kisaran 7%-7,2% mengingat meski ekonomi membaik, inflow investor asing masih kurang baik dan tahun depan baru akan mulai masuk lagi,” ujar Jemmy pada Selasa (14/7).


Baca Juga: 4 Saran Warren Buffett tentang investasi, khusus bagi investor pemula

Jemmy melihat saham-saham blue chip masih menjadi pilihan yang paling menarik dan potensial. Menurut dia, sektor perbankan masih jadi yang paling menarik, dan beberapa sektor seperti komunikasi dan konsumer yang tidak terlalu terdampak pandemi juga bisa jadi pilihan.

Sementara untuk obligasi, dengan banyaknya downgrade peringkat obligasi korporasi dan secara pricing juga relatif jelek, Jemmy menyebut jika ekonomi membaik secara cepat, obligasi korporasi bisa jadi peluang menarik. Namun, jika keamanan adalah yang dicari, obligasi pemerintah jadi pilihan yang lebih baik.

“Untuk enam bulan ke depan, susunan portofolionya bisa 40% untuk saham, 30% untuk obligasi, dan 30% untuk pasar uang,” ujar Jemmy.  

Baca Juga: Investasi saham dan reksadana rugi, aset Jiwasraya tinggal Rp 17 triliun

Sementara Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan ada peluang untuk IHSG mengalami upside hingga 10% sampai akhir tahun nanti. Di tengah situasi saat ini, Ivan menyarankan investor untuk segera menyesuaikan alokasi aset portofolio.

“Untuk investor dengan profil risiko balanced, direkomendasikan untuk sementara mengurangi porsi saham dan mengalihkan ke obligasi untuk menurunkan tingkat volatilitas portofolio. Susunannya bisa dengan proporsi 25% reksadana saham, 40% reksadana pendapatan tetap atau obligasi, dan 35% reksadana pasar uang,” jelas Ivan.

Sementara bagi investor agresif, Ivan menyebut idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60% reksadana saham, 25% reksadana pendapatan tetap atau obligasi dan 15% reksadana pasar uang.

Baca Juga: Meski kredit dijamin pemerintah, bank swasta pilih berhati-hati dalam berekspansi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati