Berikut Rekomendasi Saham Astra International (ASII) Usai Ekspansi Layanan Kesehatan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Astra International Tbk (ASII) masih moncer. Ekspansi bisnis ke layanan kesehatan diperkirakan bisa menopang kinerja di saat bisnis otomotif yang lesu.

Baru-baru ini, ASII mengakuisisi 95% saham Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (Heartology Cardiovascular Hospital). Rumah sakit spesialis jantung ini memiliki 50 tempat tidur di Jakarta. Menurut Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Paulina Margareta dalam riset 14 Oktober 2024 menjelaskan, ekspansnya ini sebagai bagian dari strateginya untuk melakukan diversifikasi. 

"Meskipun sangat kecil, kami melihat perkembangan ini secara positif mengingat prospek pertumbuhan industri perawatan kesehatan yang menarik karena kurangnya penetrasi saat ini," kata Paulina. Menurut dia, ASII berpotensi menghasilkan laba sebesar Rp 1,2 triliun hingga Rp 1,5 triliun dari pilar bisnis perawatan kesehatannya pada tahun fiskal di tahun 2030.


Baca Juga: Jadi Kendaraan Niaga Serbaguna, Toyota Resmi Luncurkan All-New Hillux Rangga

Untuk itu, Paulina memberi rekomendasi beli saham ASII dengan target harga Rp 5.250 per saham. Target harga tersebut mencerminkan PE di 7,1x di tahun ini. "Kami pikir ASII tetap menjadi value-play yang menarik dengan perdagangan hanya pada 6,8x P/E FY24E (-1,3SD dari rata-rata 5 tahun) dan menawarkan imbal hasil dividen 6%," terang dia. 

Meski begitu, Maybank Sekuritas mengakui jika penjualan mobil akan tetap lemah. Dari sisi pangsa pasar, ASII juga masih stabil di tengah masuknya BYD. ASII juga memiliki eksposur yang lebih tinggi terhadap sepeda motor. Segmen kendaraan roda dua menurut Paulina akan menopang pendapatan ASII dan mengimbangi pelemahan bisnis otomotif. 

Penurunan penjualan mobil masih terasa dalam sembilan bulan di 2024. Penjualan mobil hingga September 24 turun 5% secara bulanan dan turun 9% secara tahunan menjadi 72.700 unit. Hal ini mengakhiri peningkatan bulanan yang terjadi sejak Mei 2024. Kondisi ini membuat penjualan mobil dalam sembilan bulan di 2024 mencapai 633.000 unit, turun 16% secara tahunan. 

Tren penjualan sepeda motor sejatinya sama saja. Per September 2024, penjualan sepeda motor turun 8% secara bulanan, namun secara tahunan masih naik 4% menjadi 528.700 unit. Total penjualan sepeda motor juga naik 3% secara tahunan mencapai 4,87 juta selama sembilan bulan tahun 2024. 

Namun, menurut Paulina, penjualan sepeda motor dalam sembilan bulan di 2024 masih 11% lebih tinggi dari rata-rata tingkat penjualan 2017-2023 tidak termasuk periode Covid. "Kami yakin pelemahan yang terus-menerus di pasar mobil disebabkan oleh daya beli kelas menengah yang lemah, sementara permintaan kelas bawah dan kelas atas relatif utuh. Hal ini mengakibatkan fenomena penurunan penjualan mobil bekas, LCGC, dan sepeda motor," kata dia. 

Sebagai catatan, penjualan LCGC dalam sembilan bulan di 2024 turun 14% secara tahunan sedangkan penjualan non-LCGC turun 17% secara tahunan. 

Penurunan penjualan sejatinya tidak memangkas pangsa pasar ASII. Pangsa pasar Astra International masih tetap stabil di 55%. Pada September 2024, Toyota memperoleh kenaikan pangsa pasar sebesar 90 bps secara bulanan. Sementara pangsa pasar Daihatsu kehilangan 70bps secara bulanan. 

Peraih keuntungan tertinggi adalah Honda yang naik 100bps secara bulanan. Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan Brio dan HR-V. "Kinerja Brio yang kuat menyebabkan pangsa pasar ASII menurun di LCGC menjadi 70% pada September 2024 dari 75% pada Agustus 2024," kata Paulina. 

Penurunan pangsa pasar terbesar dialami oleh BYD yang turun 100bps secara bulanan karena pangsa pasarnya turun menjadi 2,9% dari puncaknya 3,9%. "Dominasi pasar ASII terbukti stabil meskipun BYD masuk. Ini menunjukkan ketahanan ASII terhadap persaingan dengan kendaraan listrik," jelas Paulina. Justru menurut dia, Hyundai  tampaknya paling menderita. ASII juga mempertahankan pangsa pasar sepeda motornya sebesar 77%.

Baca Juga: Penjualan Mobil ASII Bulan September Masih Lesu

Bagi Maybank Sekuritas, kinerja Astra International hingga saat ini memang masih membuatnya merekomendasikan beli dengan target harga Rp 5.250 per saham. Namun ada risiko penurunan target harga jika permintaan mobil yang lebih lemah dari yang diharapkan, pajak yang lebih tinggi, subsidi bahan bakar yang lebih rendah dan ekspansi agresif produsen EV di Indonesia.

Hingga akhir 2024, Maybank Sekuritas memperkirakan, pendapatan dan laba bersih ASII akan mencapai Rp 307,72 triliun dan Rp 30,16 triliun. Angka tersebut menurun dari tahun 2023 yang mana pendapatan ASII bisa mencapai Rp 316,57 triliun dengan laba bersih Rp 33,84 triliun.

Meski begitu di 2025, Maybank Sekuritas percaya pendapatan ASII bisa mencapai Rp 312,76 triliun dengan laba bersih Rp 30,58 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana