Berikut Sejumlah Saham Sektor Konsumsi yang Bisa Jadi Pilihan Jelang Pemilu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Momen pemilihan umum (pemilu) yang kian mendekat menjadi katalis positif bagi sejumlah sektor, tak terkecuali sektor barang konsumsi (consumer), baik siklikal maupun non siklikal.

Kepala Riset Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus menilai, sejumlah emiten consumer akan membukukan kinerja yang solid pada kuartal keempat 2023 karena adanya faktor musiman. Meskipun efek multiplier belanja pemilu belum begitu terlihat, Willinoy meyakini efek Pemilu akan semakin terasa dalam beberapa bulan ke depan.

Dengan asumsi Pemilu Presiden berlangsung satu putaran, Trimegah Sekuritas memperkirakan dana kampanye bisa mencapai Rp 140 triliun atau sekitar 0,8% dari produk domestik bruto (PDB). 


Trimegah mengestimasi, dana kampanye mengalir dalam jangka waktu yang panjang, yakni sekitar sepuluh bulan hingga Pilkada Serentak berakhir pada  September 2024.

Baca Juga: Pemilu Dongkrak Prospek Sektor Konsumsi Primer

Salah satu katalis penting menjelang pemilu adalah naiknya jumlah uang beredar (M1) menjelang Pemilu.  Berdasarkan riset Trimegah Sekuritas, jumlah uang beredar pada periode pemilu antara 2004 hingga 2020 cenderung naik. Tren tersebut menunjukkan bahwa M1 memiliki kecenderungan meningkat menjelang periode pemilu presiden.

Katalis penting lainnya di sektor ini adalah adanya Peraturan Pemerintah (PP) 51 2023 tentang kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Jika keputusan akhir kenaikan UMP berada di antara rentang 8% hingga 10%, maka kondisi ini akan menguntungkan saham-saham emiten barang konsumsi pokok. 

“Dengan meningkatnya aktivitas kampanye, peningkatan belanja bantuan sosial, dan penyesuaian upah minimum yang meningkat, emiten consumer akan diuntungkan,” tulis Willinoy dalam riset, Kamis (16/11).

Adapun saham-saham pilihan atau top picks Trimegah Sekuritas di sektor consumer yakni PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk  Tbk (GGRM), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk  (ICBP), dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI).

Top picks ini dipilih dengan menimbang tiga faktor. Pertama, efek pengganda atau multiplier effect peningkatan pendapatan konsumen terhadap pendapatan emiten. 

Kedua, ruang pertumbuhan margin yang lebih tinggi. Ketiga, dampak kenaikan upah.

Trimegah Sekuritas melakukan analisis tren historis pertumbuhan upah minimum dan implikasinya terhadap Perusahaan consumer dari tahun 2008 hingga September 2023.  Hasil analisis sensitivitas menunjukkan, kenaikan upah minimum yang hanya sebesar 4% saja masih tetap mendorong pertumbuhan bagi MYOR, ICBP, HMSP, GGRM dan MIDI.  “Oleh karena itu, pertumbuhan upah yang lebih tinggi dari perkiraan dianggap sebagai sentimen positif,” sambung Willinoy.

Secara musiman, profitabilitas emiten consumer juga membaik menjelang akhir tahun. Berdasarkan data pendapatan dan laba bersih sektor consumer dan ritel pada kuartal IV-2014 hingga kuartal IV-2022, rata-rata pendapatan dan laba bersih selama periode tersebut masing-masing tumbuh sebesar 27% dan 30%.

Trimegah memperkirakan tren musiman ini akan berlanjut di kuartal IV-2023, dengan pendapatan dan laba bersih di kuartal IV-2023 masing-masing akan tumbuh sebesar 29% dan 28%. Sektor consumer dan ritel mempunyai momentum pertumbuhan secara  tertinggi di antara sektor lainnya. 

Baca Juga: Prospek Emiten Konsumsi Primer Diganjal Rupiah Namun Didorong Pemilu

Willinoy memperkirakan pertumbuhan laba bersih emiten consumer dan ritel pada tahun depan akan mencapai 11% secara year-on-year (YoY). Angka ini menyamai proyeksi pertumbuhan laba bersih 4 bank besar tanah air

Valuasi Saham consumer dan ritel saat ini juga masih murah. Secara historis, saham-saham  consumer diperdagangkan dengan valuasi forward price to earnings (P/E) sebesar 24 kali sampai 27 kali,  sedangkan valuasi saat ini hanya sebesar 19 kali. 

Demikian pula dengan saham ritel, dimana secara historis diperdagangkan dengan valuasi  P/E 20 kali sampai 21 kali, sedangkan valuasi saat ini  hanya 13 kali.  “Ketika katalis sejalan dengan valuasi yang tidak mahal,  emiten consumer menjadi pilihan yang menarik,” pungkas Willinoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi