KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga tinggi diperkirakan masih berlanjut di tahun 2023. Instrumen reksadana pasar uang dinilai lebih tepat untuk berinvestasi dalam situasi ini. Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan salah satu instrumen investasi yang menarik di tengah tren kenaikan tingkat suku bunga adalah reksadana pasar uang (RDPU). Hal itu karena pada saat suku bunga naik, obligasi cenderung turun. Di sisi lain, pasar saham juga memiliki kecenderungan berfluktuasi. Potensi imbal hasil RDPU kurang lebih bersaing dengan imbal hasil deposito tetapi memiliki tingkat likuiditas yang relatif lebih tinggi.
"Reksadana pasar uang menawarkan kinerja yang cukup stabil dan kompetitif. Serta memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan bisa dilepas setiap saat," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (19/12).
Baca Juga: Era Suku Bunga Tinggi Belum Usai, Simak Instrumen Investasi yang Tepat Tahun Depan Guntur bilang, suku bunga tinggi tentunya berdampak secara langsung maupun tidak langsung ke berbagai instrumen investasi. Karena itu, investor mesti tetap waspada dan defensif. Dari sisi investor sangat penting untuk tetap berinvestasi sesuai dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu berinvestasi. Selain itu, investor juga perlu memperhatikan sejauh mana tren suku bunga tinggi bakal berlanjut. Pertimbangannya dapat menilai dari berbagai faktor seperti tingkat inflasi dan juga kebijakan moneter yang akan diambil bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Menurut Guntur, strategi investasi yang diterapkan akan sangat tergantung dari jenis reksadana yang dikelola dan juga
underlying asset dari portfolio reksadana masing-masing.
Baca Juga: Pergerakan IHSG Bakal Disetir Suku Bunga Acuan Dalam kondisi tingkat suku bunga tinggi, reksadana berbasis obligasi secara taktis menerapkan
active duration strategy untuk mengoptimalkan kinerja. Pada reksadana berbasis obligasi kelolaan Pinnacle sendiri menggunakan 100% berbasis Surat Berharga Negara (SBN) karena salah satu faktor utama yang dijaga adalah tingkat likuiditas.
Sementara bagi investor yang ingin mengalokasikan dana pada saham maka bisa menilai berdasarkan faktor nilai, momentum, kualitas dan volatilitas suatu perusahaan. Secara strategi lebih baik cenderung defensif pada saat pasar keuangan sedang berfluktuasi. Terlepas dari hal itu, Guntur menegaskan bahwa penempatan dana akan sangat tergantung dari profil risiko masing-masing investor. Sebagai investor tentunya juga penting untuk melakukan diversifikasi secara menyeluruh. Yang jelas, apapun jenis instrumen investasinya, investor harus mengerti dahulu karakteristik dan tingkat risiko dari jenis instrumen tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati