Berinvestasi pada cryptocurrency, simak saran berikut ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran platform exchange mata uang kripto baru di Indonesia, terutama dari mancanegara, berpotensi semakin menyemarakkan industri teknologi blockchain dan cryptocurrency yang sudah ada. Meski belum diakui secara regulasi dan dikenal luas oleh masyarakat, perusahaan platform exchange asing justru melihat potensi besar dari pasar Indonesia.

Salah satunya, Coinone Exchange, perusahaan cryptocurrency exchange asal Korea Selatan, yang akan memasuki pasar Indonesia bulan depan. Perusahaan ini termasuk dalam 10 besar platform exchange mata uang kripto terbesar di dunia.

Co-Founder grup riset BlokChain Nusantara, Dimaz Ankaa Wijaya menilai, masuknya bisnis platform exchange asing ke Indonesia menjadi hal yang positif. Adanya persaingan antar platform exchange akan menguntungkan investor karena masing-masing perusahaan akan berupaya menawarkan produk, sistem, hingga keamanan yang terbaik.


Dimaz menambahkan, sebenarnya Coinone bukanlah perusahaan platform exchange asing pertama yang hadir di dalam negeri. "Setahu saya, sebelumnya sudah ada Luno, tapi mungkin karena skalanya tidak sebesar Coinone jadi kurang populer," katanya, Jumat (20/4). Luno mulai masuk dan beroperasi di Indonesia sejak 2015 dan berekspansi ke 40 negara di dunia.

Terkait koin QTUM yang akan diluncurkan Coinone, menurut Dimaz, bukanlah jenis koin baru. Hanya saja, koin yang menggunakan mekanisme quantum computing ini tidak begitu dikenal oleh pemain mata uang kripto dalam negeri.

Bagi investor mata uang kripto yang ingin bertransaksi jenis koin baru atau belum populer, Dimaz mengungkapkan beberapa saran. Pertama, investor harus terlebih dahulu menganalisis fundamental koin. Sangat penting untuk mengetahui historikal mata uang, siapa pembuatnya, dan seberapa besar komunitas koin tersebut.

Selain itu, perhatikan juga dari sisi teknisnya, yaitu teknologi apa yang digunakan dan apa yang membedakan dengan koin-koin lain. "Ini penting karena kita tahu ada koin-koin yang muncul dan hilang begitu saja dari peredaran dan merugikan investor," ujar Dimaz.

Head of Business Strategy Coinone Indonesia, Sheila Suekto mengatakan, para pemula harus selalu mengingat bahwa dalam berinvestasi cryptocurrency, terdapat risiko fluktuasi harga. Faktornya antara lain situasi teknologi atau operasional dari lembaga pencipta blockchain coin, ataupun perubahan situasi pasar global cryptocurrency.

"Cobalah untuk membeli koin jenis apapun dengan kuantitas yang kecil saja, tidak harus langsung membeli satu koin. Yang penting, user mengerti bagaimana sistem transaksi trading kripto ini berjalan dan terbiasa dengan teknologi dan dunia blockchain ini," ujar Sheila.

Dimaz melihat pasar mata uang kripto belakangan mulai kembali menggeliat setelah sempat turun di awal tahun. "Harga koin mulai naik lagi. Salah satu sentimennya adalah berakhirnya masa tax day di Amerika Serikat sehingga investor kembali buyback koin yang sebelumnya banyak dilepas," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini