Berjejalan Menyecap Soto Mie Bang Jamin



sotomiebangjaminSIANG itu bukan main panasnya. Matahari tak lagi  malu-malu menampakkan sinarnya yang benderang. Toh,  itu tak menyurutkan rombongan orang-orang berdasi berjejalan di Kedai Soto Mie Bang Jamin! “Ketimbang enggak kebagian. Lebih asyik berjejalan kaya begini,” celetuk Indra, salah satu pengunjung. Kelezatan soto mi racikan Bang Jamin memang tak diragukan lagi. Sejak tahun 1965, yakni saat kedai ini berdiri, menu andalan pemikat para pelanggan adalah soto mi. Banyak pelanggan mengaku ketagihan pada racikan soto mi ala Bang Jamin yang segar. Berlokasi di  belakang Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat, kedai ini tampil sangat sederhana.  Penanda kedai ini hanya menggunakan papan kecil berukuran 40 cm x 40 cm dengan tulisan bercat biru yang mulai memudar: Kedai Soto Mie Bang Jamin. Ayo, mari kita serbu! Jamin membagi kedai dalam dua ruang. Sebuah sekat dari papan kayu menjadi pemisah ruang untuk memasak. Satunya lagi untuk tempat pengunjung mengudap soto mi. Lalu, sebuah tenda warna biru berukuran 8 m x 3 m menjadi pelindung seluruh ruangan kedai. Daya tampung kedai ini tidak banyak, hanya mampu menampung sekitar 15 sampai 20 orang. Meski begitu, pengunjung tampak penuh. Bahkan, tak sedikit yang bersedia mengantre. Sesekali kepala pengunjung  tampak melongok ke dalam kedai. Penasaran, mencari tahu adakah bangku kosong untuk dirinya. “Tiap hari begitu. Minimal, ada 100 orang yang datang,” ujar Kusnadi, pengelola Soto Mie Bang Jamin. Sejumlah itulah pengunjung saat weekdays alias pada hari kerja. Saat ujung minggu menjemput, jumlah pelanggan yang datang malah berlipat dua kalinya, sampai 200 orang. Lokasi kedai yang menyelip di belakang mal serta di tengah himpitan rumah penduduk rupanya tak menyurutkan orang untuk datang. Pengunjungnya pun bukan orang sembarang. Banyak sekali yang datang dengan mobil. Mereka punya satu niat: menikmati semangkuk soto mi racikan Bang Jamin. Seperti layaknya soto mi, tampilan soto mi racikan Bang Jamin ini terdiri dari mi kuning dan bihun. Sebagai bahan utama, sang peracik mengisinya dengan irisan daging sapi berukuran lumayan jumbo. Setelah itu, ia memotong risol dalam berukuran sedang, ditambah perkedel kentang, tomat, serta kol. Terakhir, irisan seledri bertaburan sebagai lapisan paling akhir. Setelah beres dengan semua bahan baku soto mi, si peracik pun mengguyur kuah ke dalam mangkuk. Sebelum disajikan, taburan emping goreng menutup semua racikan soto mi Bang Jamin. Asap putih tipis langsung mengepul begitu pelayan membawa hidangan sampai ke meja. Nah, yang membedakan dengan soto mi lain: kuahnya bening, tak ada genangan lemak. sotomiebangjamin2Sekarang giliran menyeruputnya! Sluurp... segar dan mantap! Jika suka, Anda bisa menambah dengan perasan jeruk nipis, sambal, atau kecap yang tersedia di meja, sesuai selera. Yang pasti, paduan kuah yang panas, segar, serta sambal yang pedas menambah nikmat soto mi ini. Tak terasa, keringat pun bercucuran. Makin top kala mi dan bihun berpadu dengan daging sapi yang empuk. Terasa gurih di mulut. Lantas segera kita seruput kuah, bergantian dengan paduan daging, risol, perkedel. Memang yummy! Kuah soto mi nan bening dan tanpa lemak memang menjadi daya tarik tersendiri. Maklum, kebanyakan kuah soto mi atau soto yang menggunakan daging sapi itu berwarna keruh dengan lemak di sana-sini. Kusnadi membuka rahasia. Bang Jamin tak pernah merebus daging untuk kuah. “Yang direbus itu tulang sapi,” ujar Kusnadi. Tulang sebagai bahan kaldu tentu tulang yang masih bergelayutan dalam jumlah banyak.  “Jadi, kaldu sapinya masih tetap terasa, tapi kuah bening dan tak berlemak,” tutur Kusnadi. Selain soto mi, kedai ini juga menyajikan menu lain, yakni sop daging sapi. Namun, sop daging sapi ini kurang begitu laku. Pelanggan lebih banyak yang menyukai soto mi. “Padahal, kuahnya sama, lo, dengan soto mi,” ujar Kusnadi. Jika kita memilih soto daging, tak ada mi dan risol di dalam mangkuk. Sebagai gantinya, muncul irisan daging sapi dalam jumlah lebih banyak. Untuk bisa menikmati menu di sini, Anda  tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Semangkuk soto mi hanya seharga Rp 12.000. Adapun sop daging sapi Rp 15.000. Bila ingin menambah nasi, hanya membayar Rp 2.500. Namanya juga kedai, Bang Jamin tak punya menu spesial sebagai pelega tenggorokan. Yang ada hanya soft drink dan teh. Biasanya kedai ini buka jam 7 pagi, ditutup sore hari. Tapi Anda jangan datang lewat pukul 2 siang.  “Pasti sudah kehabisan,” ujar Kusnadi, bangga.
Soto Mi Melahirkan Gelar Sarjana BANG JAMIN  barangkali tak pernah menyangka kedai soto mi miliknya bisa setenar seperti saat ini. Memulai usaha sejak nol, Jamin yang asli Bogor  memulai usaha di kantin sekolah BPK Penabur. Seiring berjalannya waktu, pelanggan soto mi Jamin terus mengembang. Tak hanya anak-anak sekolah berikut pengantarnya, namun sampai ke orang-orang kantoran. “Barangkali, anak-anak sekolah ini sudah bekerja lantas membawa teman-temannya,” ujar Kusnadi, keponakan Jamin yang juga menjadi pengelola kedai. Melihat banyaknya pengunjung, Jamin lantas memindahkan lokasi kedai dari semula di dalam kompleks sekolah menjadi di luarnya. Alasannya: “Jika tetap di dalam tak enak dengan sekolah,” ujar Kusnadi. Lewat promosi dari mulut ke mulut anak-anak Penabur inilah, Kedai Soto Mie Bang Jamin punya pelanggan yang luas. Jamin sendiri juga sukses memetik hasil usahanya. Menurut cerita Kusnadi, dari berjualan soto mi, Jamin mampu menyekolahkan kedua anaknya hingga menjadi sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB). “Pak Jamin juga mampu beli tanah di mana-mana,” ujar Kusnadi. Tak mengherankan, memang. Saban hari, Jamin menghabiskan sebanyak 3 kg bihun dan 3 kg mi kuning. Adapun daging sapi ia butuh minimal 5 kg per hari. Lalu ia harus membuat risol dan perkedel, masing-masing 120 buah. Maklumlah, seporsi soto mi lengkap itu berisi satu risol dan satu perkedel. Berkat larisnya dagangan soto mi ini, saban hari Jamin meraup omzet Rp 1,5 juta. Saat hari Minggu, omzetnya berlipat menjadi dua kalinya atau Rp 3 juta. “Saat hari Minggu, hampir semua jemaat Gereja Bethlehem mampir ke sini untuk makan soto mi,” ujar Kusnadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test