Berkah efisiensi bank belum mengalir ke nasabah



JAKARTA. Selama dua tahun terakhir, bank yang fokus di kredit mikro berhasil meningkatkan efisiensi. Namun, upaya pembenahan ini tidak berdampak signifikan pada debitur. Efisiensi baru sebatas dinikmati bank dalam bentuk margin bunga bersih atau net interest income (NIM) yang tinggi. Tak heran, bunga kredit mikro masih bermekaran.

Saat ini ada tiga bank yang benar-benar fokus di bisnis mikro, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Danamon, dan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).

Per September 2012, pendapatan bunga tahunan (year-on-year) Danamon naik 8,04% menjadi Rp 10,49 triliun.Sementara beban bunga menyusut 11,6% menjadi Rp 3,5 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersihnya melonjak 21,6%. NIM tetap meningkat dari 9,9% menjadi 10%.


BTPN juga memiliki kecenderungan yang sama. Pendapatan bunga meningkat 26,31% menjadi Rp 6,72 triliun, sedangkan beban bunga hanya naik 15,63%. Pendapatan bunga bersih terkerek 32% jadi Rp 4,3 triliun.

Beban Operasional berbanding Pendapatan Operasional (BOPO) turun dari 76,33% menjadi 73,95%. Efisiensi yang diimbangi dengan lonjakan bunga bersih ini mengerek rasio NIM BTPN dari 12,74% menjadi 13,03%.

Hanya BRI yang mencatatkan penurunan NIM dari 10,04% menjadi 8,43%. Penurunan ini sejalan dengan penurunan BOPO dari 67,93% menjadi 61,76%. Tapi, kondisi NIM BRI juga dipengaruhi kinerjanya yang stagnan.

September 2012, pendapatan bunga BRI hanya tumbuh 0,23% jadi Rp 35,44 triliun sementara beban bunga turun 2,17% menjadi Rp 9,45 triliun.

Sekretaris Perusahaan BRI, Mohammad Ali, mengatakan penurunan NIM dikarenakan beberapa hal. Di antaranya penurunan bunga kredit sebesar 120 basis poin selama setahun terakhir.

Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengatakan NIM tinggi bukan dosa, melainkan prestasi. Sebab, perbankan lembaga profit yang juga mengejar laba.

Apalagi, imbuh dia, bank fokus di mikro. Mereka punya kontribusi besar terhadap perekonomian. "Bank mikro mempunyai model bisnis dan resiko yang berbeda dengan bank yang main corporate," ujarnya pekan lalu.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, berjanji akan mencari titik keseimbangan antara kinerja bank dan bunga kredit yang diberikan bank. "Dalam waktu dekat akan kami keluarkan berbagai macam aturan yang tidak hanya mengejar bank tumbuh kuat dan sehat tetapi juga efisiensi," ujarnya.

Menurut Halim, tingginya NIM bank yang berbinis mikro disebabkan dua faktor. Pertama, persaingan dalam bisnis mikro masih kecil tetapi permintaannya sangat tinggi. Kedua, biaya mengelola dana masyarakat tinggi.                n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: