Berkah infrastruktur untuk petani karet alam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan karet untuk sektor infrastruktur dapat menjadi peluang bagi komoditas ini. Serapan karet bagi penggunaan domestik juga bisa meningkat.

Berdasarkan data dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), serapan karet pada pasar domestik masih sangat kecil bila dibandingkan dengan industri.

"Dari produksi karet alam Indonesia sebesar 3,3 juta Metrik Ton (MT), konsumsi dalam negeri kurang lebih hanya 600.000 MT," ujar Ketua Gapkindo, Moenardji Soedargo kepada Kontan.co.id, Selasa (23/1).


Serapan dalam negeri pun dinilai mayoritas diserap oleh industri ban yang berada di dalam negeri. Sementara rencana penggunaan aspal dengan campuran karet alam menambah sektor baru untuk menyerap karet alam lokal.

Tingginya perkiraan serapan diungkapkan oleh Moenardji melihat dari banyaknya proyek infrastruktur terutama jalan tol yang dikerjakan dalam pemerintahan saat ini. Penggunaan karet dalam campuran aspal pun akan meningkatkan daya tahan bagi aspal sebesar 50%.

Bila hal tersebut terjadi akan membuat harga karet akan terkerek naik. "Kreasi demand yang baru, apalagi bila jumlahnya signifikan, berarti akan memberi support harga karet," terang Moenardji.

Hanya saja saat ini penggunaan karet dalam infrastruktur masih dalam tahap percobaan. Hal itu membuat karet yang digunakan masih belum berpengaruh banyak.

Meski begitu harga karet alam saat ini sudah mengalami kenaikan akibat penerapan pembatasan ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Sejak November 2017, harga karet saat ini sudah mencapai US$ 1.536 per ton.

Sementara November harga karet dianggap jatuh hingga International Tripartite Rubber Council (ITRC) memutuskan untuk menerapkan AETS hingga 31 Maret 2018. Harga karet pada bulan November 2017 menurut Moenardji sekitar US$ 1.410 per ton.

Sebelumnya ITRC telah memutuskan akan melakukan pembatasan ekspor sebesar 350.000 ton. Indonesia mendapat kuota pembatasan sebesar 95.190 ton. Sementara itu Thailand mendapat pembatasan sebesar 234.810 ton dan Malaysia sebesar 20.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia