KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena
booming harga komoditas bukan hanya menguntungkan emiten pertambangan, tetapi juga bagi emiten penyedia jasa pertambangan, baik kontraktor tambang maupun penyedia angkutan. Sejumlah emiten kecipratan berkah harga komoditas dengan mencetak kenaikan kinerja sepanjang tahun lalu. PT Petrosea Tbk (
PTRO) misalnya, meraih laba bersih senilai US$ 40,92 juta sampai tutup tahun 2022. Sebagai perbandingan, laba bersih PTRO tahun 2022 naik 21,38% dibandingkan tahun 2021 senilai US$ 33,71 juta.
Bottom line PTRO terdorong oleh meningkatnya pendapatan sebanyak 14,57% secara tahunan, dari semula US$ 415,73 juta menjadi US$ 476,31 juta pada 2022.
Presiden Direktur Petrosea, Romi Novan Indrawan, menjelaskan pertumbuhan kinerja PTRO didukung oleh peningkatan kegiatan operasional di lini bisnis Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) yang naik sebesar 35,15% dan Kontrak Pertambangan yang tumbuh 13,75%.
Baca Juga: Industri dan Perdagangan Jadi Andalan Pajak 2024 PT Delta Dunia Makmur Tbk (
DOID) juga berhasil mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang 2022. Emiten kontraktor pertambangan ini membukukan pendapatan sebesar US$ 1,55 miliar atau naik 71% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan dari sisi pendapatan turun mendorong pencapaian DOID dari sisi
bottom line. DOID meraup laba bersih sebesar US$ 28,68 juta atau sekitar Rp 448,1 miliar, naik 990,20% dari laba bersih di periode 2021 yang hanya US$ 280.543. Direktur Utama Delta Dunia Makmur Ronald Sutardja mengatakan, selain meningkatnya produksi dari Indonesia dan harga batubara global, pencapaian kinerja positif DOID tidak terlepas dari keberhasilan strategi diversifikasi yang dijalankan mulai kuartal keempat 2021. Diversifikasi tersebut antara lain melalui aktivitas pertambangan batubara metalurgi, terutama dengan mengakuisisi BUMA Australia di Desember 2021. Sejak diakuisisi, nilai kontrak jasa pertambangan dari BUMA Australia meningkat sebesar empat kali lipat, dari sebelumnya AU$ 600 juta atau setara Rp 6,1 triliun menjadi AU$ 2,3 miliar atau setara Rp 23,6 triliun.
Baca Juga: Laba Bersih 2022 RMK Energy Melambung 95,19%, Valuasi Saham RMKE Jadi Lebih Baik Naiknya kinerja keuangan DOID tidak terlepas dari naiknya volume produksi batubara dan lapisan penutup alias
overburden removal. Pada tahun lalu, volume produksi
overburden removal naik 68% menjadi 547 juta Bank Cubic Meter (BCM), naik signifikan sebesar 68% dibandingkan periode 2021. Sementara produksi batu bara perseroan naik sebesar 87 juta ton atau naik 61% secara year-on-year dibandingkan 2021. Kenaikan harga batubara juga memoles kinerja PT RMK Energy Tbk (
RMKE). Emiten jasa layanan tambang batubara ini membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,7 triliun atau meningkat 46,6% secara YoY. RMKE berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 404,1 miliar atau meningkat sebesar 103,9% YoY pada tahun 2022. Ini merupakan rekor laba tertinggi selama RMKE beroperasi. Direktur Operasional RMKE William Saputra menyampaikan, hingga akhir tahun 2022, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini telah berhasil memuat 7,8 juta ton batubara. Realisasi ini meningkat sebesar 31,3% YoY dan berhasil mencapai 100% dari target yang dipasang RMKE tahun lalu. “Untuk segmen penjualan batubara manajemen menargetkan volume sebesar 2,5 juta ton di mana 50% target tersebut berasal dari tambang
in-house PT Truba Bara Banyu Enim,” kata Vincent, Senin (3/4).
Baca Juga: Simak Fokus Bisnis ABM Investama (ABMM) di Tahun 2023 Emiten yang bergerak di jasa pengangkutan batubara, PT Dana Brata Luhur Tbk (
TEBE) juga berhasil melipatgandakan kinerjanya sepanjang tahun lalu. TEBE membukukan pendapatan senilai Rp 781,79 miliar, naik 74,50% dengan laba bersih senilai Rp 325,44 miliar atau naik 98,06% secara tahunan. Direktur Dana Brata Luhur Hendy Narindra Dewantoro mengatakan, tahun lalu TEBE berhasil melampaui target barging volume yang dipasang. Dari target 7 juta ton, TEBE berhasil merealisasikan 10,7 juta ton batubara yang diangkut. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel A. Widjaja merekomendasikan beli saham PTRO dengan target harga Rp 6.430. Dengan perkembangan dan pertumbuhan yang dilakukan PTRO sejauh ini, dan dengan penambahan backlog contract serta eksplorasi yang terus dilakukan, Daniel melihat ada potensi ruang pertumbuhan untuk PTRO.
Baca Juga: ABM Investama (ABMM) Fokus Pengembangan Bisnis Usai Akuisisi Golden Energy (GEMS) “Kami meyakini bahwa PTRO memiliki potensi pertumbuhan yang besar, didukung oleh stabilnya kinerja operasional dan struktur keuangan yang solid, ditambah dengan strategi perusahaan dalam melakukan diversifikasi ke produk yang lebih menjanjikan,” kata Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (6/4). Risiko utama rekomendasi ini antara lain penurunan jumlah kontrak dan peningkatan beban transportasi. Sementara dalam riset tertanggal 30 Maret 2023, tim riset JP Morgan menurunkan rating saham PT United Tractors Tbk (
UNTR) dari semula
overweight menjadi netral dengan target harga Rp 32.500 per saham. JP Morgan menilai, pelemahan harga batubara akan berdampak negatif kepada bisnis kontraktor penambangan milik UNTR yang dijalankan oleh PT Pamapersada (Pama) serta bisnis tambang batubara milik UNTR yang dijalankan oleh Tuah Turangga Agung (TTA). Secara tidak langsung, pelemahan harga batubara juga akan berdampak pada bisnis alat berat Komatsu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati