Berkapitalisasi pasar mini, Maha Properti (MPRO) memperberat pergerakan IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan perdagangan Senin (24/1), PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) menjadi salah satu saham pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun, perusahaan dengan kode emiten MPRO itu menyeret hingga 11,3 poin terhadap pergerakan IHSG yang sudah turun 7,82%.

Padahal, jika dibandingkan dengan saham-saham pemberat (laggard) IHSG lainnya, market cap atau kapitalisasi pasar MPRO tergolong paling kecil, Rp 10 triliun.

Sukarno Alatas, analis Oso Sekuritas, menjelaskan, MPRO bisa menggerakkan IHSG meski kapitalisasinya kecil karena penurunan saham MPRO sangat signifikan. Tercatat, sejak awal tahun hingga pada penutupan perdagangan hari ini, saham MPRO terkoreksi hingga 56,96% menjadi Rp 990 per saham.


Baca Juga: Batal Akuisisi, Maha Properti Kejar Pertumbuhan Organik

Penurunan saham MPRO yang signifikan dianggap wajar karena harganya sudah naik. Sehingga, tidak mengherankan jika investor melakukan aksi profit taking. "Sekarang sudah tergolong overvalued atau mahal," kata Sukarno ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/2).

Untuk fundamentalnya, kata Sukarno, kinerja terakhir MPRO masih mencatatkan kerugian hingga Rp 18 miliar. Akan tetapi, kerugian tersebut setidaknya  menurun 41,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 30,75 miliar.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan hal serupa. Penurunan harga yang dalam membuat MPRO bisa menjadi salah satu saham laggard meskipun kapitalisasi pasarnya kecil. Menurut William, koreksi harga MPRO dipicu rencana yang batal mencaplok perusahaan Benny Tjokro. "Setelah kabar tersebut saham MPRO mengalami distribusi alias aksi jual yang besar," kata William ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/2).

Baca Juga: Maha Properti Indonesia (MPRO) masih kalkulasi anggaran untuk tahun ini

Asal tahu saja, pada  20 Januari 2020 MPRO mengumumkan dalam keterbukaan informasi bahwa pihaknya membatalkan rencana transaksi pembelian saham PT Mandiri Mega Jaya yang dimiliki PT Hanson International Tbk (MYRX) dan PT Hokindo Properti Investama miliki PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO).

William menambahkan, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia pekan lalu idealnya menjadi katalis positif bagi emiten properti seperti MPRO. Akan tetapi, sentimen tersebut belum bisa menyaingi sentimen negatif berupa kinerja emiten properti yang belum tercermin sejauh ini.

"Maka aksi jual yang terjadi adalah hal yang wajar karena pelaku pasar melakukan profit taking," lanjut William. Adapun William menyarankan hold saham MPRO sebab masih ada potensi penurunan hingga support Rp 750 per saham.

Baca Juga: Grup Tahir batal mencaplok perusahaan Benny Tjokro

Di sisi lain, Sukarno melihat untuk prospek jangka panjang saham MPRO masih memiliki peluang. Untuk pergerakan saham jangka pendek, investor mesti mencermati dampak atas penurunan suku bunga. Pemangkasan suku bunga ini, berpotensi menjadi sentimen tambahan untuk sektor properti.

Meskipun diwarnai katalis positif, Sukarno merekomendasikan untuk wait and see terlebih dahulu saham MPRO karena sudah tergolong mahal. "Atau bisa direkomendasi sell untuk MPRO karena sudah tergolong mahal juga," kata Sukarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati