Berkat BI, rupiah berhasil menguat sampai akhir pekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali menguat pada perdagangan Jumat (16/11) terhadap dollar Amerika Serikat. Bahkan, pada pembukaan perdagangan, rupiah yang menguat 0,58%, sempat menjadi yang terbaik di antara mata uang Asia lainnya. 

Berdasarkan Bloomberg, di pasar spot rupiah beradadi level Rp 14.612 per dollar AS atau menguat sebesar 0,36% dari penutupan hari sebelumnya. Dalam sepekan rupiah menguat 0,45%. 

Begitu juga dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menguat tajam sebesar 1,15% ke level Rp 14.594 per dollar AS atau dalam sepekan menguat 0,26%.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, rupiah mendapat topangan yang cukup kuat setelah kemarin BI menaikkan bunga secara tak terduga sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

“Sudah memberikan jangkar yang lebih kuat bagi rupiah ke depannya. Kestabilan penguatan rupiah tersebut memberikan ketenangan bagi investor asing yang sejak kemarin kembali masuk ke dalam pasar saham dan obligasi Indonesia,” jelasnya, Jumat.

Langkah BI menaikkan suku bunga dinilai dalam rangka mengelola defisit transaksi berjalan. 

Menurut Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, kenaikan suku bunga tersebut secara otomatis mengerek harga surat berharga atau surat utang negara yang diharapkan menarik arus modal asing masuk. 

“Namun masih ada sedikit pertanyaan ketika pasar berkespektasi BI menahan suku bunga lalu tiba-tiba menaikkan suku bunga, apakah dapat berpengaruh pada sektor lain khususnya sektor kredit,” jelas Andri.

Andri mengatakan pelaku pasar juga merespon positif rencana kebijakan pemerintah untuk mengadakan Special Deposit Account (SDA) untuk menarik devisa hasil espor, setelah fasilitas Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang dinilai cukup berhasil.

 “Pelaku pasar juga ingin melihat apakah SDA juga berhasil atau tidak karena dalam SDA akn diberikan insentif-insentif kepada para pelaku ekspor khususnya sumber daya alam yang memasukkan dananya dalam rupiah,” lanjut Andri.

Sedangkan dari eksternal, Satria mengatakan ke depannya penguatan dollar akan berakhir yang mana indeks dollar kini sudah mencapai level puncaknya. Ke depannya dollar AS cenderung akan melemah yang disebabkan oleh valuasi-valuasi aset di negara berkembang dinilai cukup murah. 

"Sehingga hingga akhir tahun bahkan  awal kuartal pertama akan banyak ekpektasi untuk capital inflow mengalir kencang di negara berkembang,” jelas Satria.

Pelaku pasar dinilai masih fokus terhadap kebijakan BI yang cukup strategis di tengah kondisi global yang masih bergejolak. 

Namun, kata Satria, pergerakkan rupiah pekan depan akan kembali dipengaruhi oleh perkembangan isu Brexit, kawasan Eropa dengan permasalahan anggaran Italia, juga jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xin Jinping. 

Satria memproyeksikan rupiah dalam perdagangan pekan depan masih akan stabil di rentang Rp 14.580 - Rp 14. 650 per dollar AS. Sedangkan Andi memprediksi menguat di level Rp 14.540- Rp 14.580 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia