Berkat efisiensi, laba bersih ADES masih mampu tumbuh 36% di tahun 2018



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan kosmetik, PT Akasha Wira International Tbk (ADES) masih berupaya memoles kinerja bisnisnya di tahun ini. Sebab penjualan bersih perseroan sepanjang 2018 lalu tercatat mengalami penurunan.

Mengutip laporan keuangan perseroan di tahun tersebut, yang baru dipublikasikan di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (27/3), pendapatan bersih alias revenue ADES tercatat sebesar Rp 804 miliar. Jumlah tersebut turun mini 1,2% dibandingkan capaian tahun 2017 sebelumnya yang senilai Rp 814 miliar.

Turunnya revenue diikuti pula kenaikan beban pokok penjualan sebesar 10% year on year (yoy) menjadi Rp 415 miliar di tahun 2018 itu. Sehingga menyebabkan laba kotor ADES tergerus 11% dari Rp 438 miliar di 2017 menjadi Rp 389 miliar di 2018.


Meski demikian, dari pos beban penjualan perusahaan terjadi penurunan sebesar 21% menjadi Rp 226 miliar di tahun kemarin, dimana pada tahun 2017 sebelumnya pos tersebut bernilai Rp 289 miliar. Alhasil laba tahun berjalan ADES mampu tercetak sebanyak Rp 52 miliar atau tumbuh 36% dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 38 miliar.

Thomas Maria Wisnu Adjie, Direktur PT Akasha Wira International Tbk (ADES) dihubungi Kontan.co.id, Rabu (27/3), mengakui bahwa ada pengetatan di beberapa section unit usaha perusahaan. "Kami melakukan efisiensi di operasional," terangnya.

Kedepannya produsen AMDK dengan merek 'Nestle Pure Life' ini masih menilai positif segmen pasarnya. "Prospek bisnis AMDK akan tetap baik karena AMDK memiliki karakter yg tidak dimiliki oleh provider air lain nya selain higienis juga praktis," sebut Thomas.

Produk AMDK di 2018 tercatat mendominasi usaha perusahaan dengan sumbangan 61% dari total revenue atau senilai Rp 495 miliar. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebanyak 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 484 miliar.

Sedangkan sisanya diisi oleh segmen kosmetik, dimana ADES juga mempunyai brand untuk rambut seperti 'Makarizo', menyumbangkan pendapatan sebanyak Rp 308 miliar atau turun 6,6% yoy. Adapun mengenai proyeksi tahun depan, manajemen tak berharap yang muluk-muluk.

Yang terang, kata Thomas, perusahaan masih optimis akan terus bertumbuh di tahun ini. "Karena kami mampu mengidentifikasi kekurangan kami ditahun 2018 yang akan kami turn around menjadi kekuatan kami di 2019," sebutnya.

Sebagai gambaran, penjualan ADES 2018 terkonsentrasi di pulau Jawa dengan sumbangan sebesar Rp 622 miliar atau 77% dari total revenue, namun tercatat turun 2,6% dibandingkan tahun 2017 sebelumnya. Sedangkan area Sumatera dan Kalimantan yang terbilang kecil hanya Rp 47 miliar dan Rp 84 miliar, masing-masing tumbuh sebanyak 34% dan 25% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini