JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa berkah tersendiri bagi PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT). Emiten properti ini mengantongi laba kurs puluhan miliar rupiah. Alhasil, per November 2009, emiten berkode JSPT tersebut berhasil mengeduk laba bersih hingga Rp 80 miliar. Angka ini jelas menggembirakan. Asal tahu saja, sampai akhir tahun 2008, JSPT masih menanggung rugi bersih hingga Rp 55,28 miliar. Penyumbangnya adalah rugi kurs Rp 145 miliar. Manajer Umum Analisa Keuangan JSPT Anton Goenawan bilang, selain laba kurs, naiknya laba bersih tahun ini terpicu oleh efisiensi. "Tapi lebih banyak dari laba kurs," cetusnya kemarin. Hingga kuartal III-2009 saja, JSPT sudah mengantongi laba kurs hingga Rp 40 miliar. Selain mendongkrak laba, Direktur Keuangan JSPT Lim Merry, dalam paparan publik akhir November lalu menyatakan, penguatan rupiah juga berjasa mengurangi utang dalam rupiah hingga Rp 80 miliar di kuartal III-2009. Maklum, utang JSPT mayoritas dalam dolar AS. Nilainya mencapai 60% dari total utang. Total utang JSPT per November 2009 US$ 84 juta yang meliputi utang dolar AS maupun rupiah. Selain faktor laba kurs, kalau melihat dari sisi pendapatan, kinerja JSPT tidak cantik-cantik amat. Per November 2009, pendapatan usaha emiten ini justru turun tipis dari Rp 836 miliar di November 2008 menjadi Rp 814 miliar di November 2009. Cuma Anton berkilah, selama penurunan pendapatan tidak lebih dari 3%, perusahaan menganggapnya masih normal. Kenaikan tipis baru terlihat pada laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). EBITDA JSPT naik 8% menjadi Rp 273 miliar dari November 2008 yang sebesar Rp 253 miliar. Kenaikan ini terjadi karena ada penurunan beban usaha dan efisiensi. Tahun depan, laba JSPT masih bisa meroket. Penjualan aset jadi salah satu pemicunya. Di 2010, JSPT memang berniat melepas dua aset untuk menambah belanja modal hingga lima tahun ke depan.
Berkat Laba Kurs, Laba Bersih Jakarta Setiabudi Melonjak
JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membawa berkah tersendiri bagi PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT). Emiten properti ini mengantongi laba kurs puluhan miliar rupiah. Alhasil, per November 2009, emiten berkode JSPT tersebut berhasil mengeduk laba bersih hingga Rp 80 miliar. Angka ini jelas menggembirakan. Asal tahu saja, sampai akhir tahun 2008, JSPT masih menanggung rugi bersih hingga Rp 55,28 miliar. Penyumbangnya adalah rugi kurs Rp 145 miliar. Manajer Umum Analisa Keuangan JSPT Anton Goenawan bilang, selain laba kurs, naiknya laba bersih tahun ini terpicu oleh efisiensi. "Tapi lebih banyak dari laba kurs," cetusnya kemarin. Hingga kuartal III-2009 saja, JSPT sudah mengantongi laba kurs hingga Rp 40 miliar. Selain mendongkrak laba, Direktur Keuangan JSPT Lim Merry, dalam paparan publik akhir November lalu menyatakan, penguatan rupiah juga berjasa mengurangi utang dalam rupiah hingga Rp 80 miliar di kuartal III-2009. Maklum, utang JSPT mayoritas dalam dolar AS. Nilainya mencapai 60% dari total utang. Total utang JSPT per November 2009 US$ 84 juta yang meliputi utang dolar AS maupun rupiah. Selain faktor laba kurs, kalau melihat dari sisi pendapatan, kinerja JSPT tidak cantik-cantik amat. Per November 2009, pendapatan usaha emiten ini justru turun tipis dari Rp 836 miliar di November 2008 menjadi Rp 814 miliar di November 2009. Cuma Anton berkilah, selama penurunan pendapatan tidak lebih dari 3%, perusahaan menganggapnya masih normal. Kenaikan tipis baru terlihat pada laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). EBITDA JSPT naik 8% menjadi Rp 273 miliar dari November 2008 yang sebesar Rp 253 miliar. Kenaikan ini terjadi karena ada penurunan beban usaha dan efisiensi. Tahun depan, laba JSPT masih bisa meroket. Penjualan aset jadi salah satu pemicunya. Di 2010, JSPT memang berniat melepas dua aset untuk menambah belanja modal hingga lima tahun ke depan.