Para perajin batik tulis di Desa Pakandangan, Bluto, Sumenep, Madura banyak mendapat bantuan dari pemerintah daerah (pemda) setempat. Bantuan itu berupa promosi, pendaftaran hak paten, hingga pendanaan. Berkat bantuan itu, sentra batik tulis di desa tersebut semakin berkembang dan dikenal luas.Berkembangnya sentra batik tulis di Desa Pakandangan Barat, Bluto, Sumenep, Madura tidak terlepas dari peran dan dukungan pemerintah daerah (pemda) setempat. Untuk memajukan sentra batik di wilayahnya itu, pemda telah memberikan banyak bantuan kepada para perajin batik. Mulai dari membantu mempromosikan, membantu mengurus pendaftaran hak paten atas motif dan desain batik, hingga memfasilitasi kerja sama pendanaan dengan bank.Terkait dengan bantuan promosi, pemda kerap mengikutsertakan para perajin dalam berbagai macam kegiatan pameran, baik di luar kota maupun luar negeri. "Belum lama ini kami ke China untuk memperkenalkan batik Sumenep," ujar Busyro Karim, Bupati Sumenep.Menurut Busyro, batik tulis Sumenep layak dipromosikan hingga ke luar negeri. Sebab, batik tulis Sumenep merupakan salah satu warisan kerajaan Sumenep yang kaya nilai budaya. Bahkan, banyak motif batik dari daerah ini yang sudah berusia ratusan tahun.Makanya, selain getol berpromosi, Pemda Sumenep juga serius memberikan perlindungan hak paten atas motif dan desain batik Sumenep. "Saat ini kami kita sedang bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Surabaya untuk mengurus soal hak cipta batik tulis Sumenep, terutama yang usianya sudah mencapai ratusan tahun," ucap Busyro.Adapun untuk pendanaan, pemda telah menggandeng Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) untuk memberikan pinjaman modal bagi perajin batik yang membutuhkan. "Tentu dengan beban bunga yang rendah dan kerja sama yang berkelanjutan," ujar Busyro. Direktur BPRS Bhakti Sumekar Sumenep, Riyanto, mengaku sudah sekitar lima tahun bekerja sama dengan sejumlah pembatik lokal. Kerja sama itu berupa pemberian fasilitas dan kemudahan pinjaman modal kerja rutin dan modal kerja insidental. Untuk modal kerja, plafon pinjaman dinaikkan secara bertahap, sesuai kinerja nasabah. "Misalnya tahun pertama nasabah mendapat Rp 5 juta, kemudian tahun kedua bisa Rp 10 juta," ujarnya.Adapun modal kerja insidental hanya diberikan bagi pembatik yang mendapat pesanan dalam jumlah besar, tapi memiliki keterbatasan modal sehingga tidak bisa memenuhi pesanan. Plafon pinjamannya disesuaikan dengan jumlah pesanan yang diterima. Achmad Zaini, pemilik Sentra Batik Tulis Melati mengaku terbantu dengan program pinjaman modal dari BRPS tersebut. Selain itu, berkat bantuan pemda, ia juga bisa mengikuti pameran busana di berbagai tempat, seperti Jakarta atau Surabaya. "Di Jakarta saya biasa ikut pameran busana di Jakarta Convention Center Senayan dan Smesco," ucapnya. Tak heran, kini ia rutin menerima pesanan batik, baik dari dalam kota maupun luar kota. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berkat pemda, batik sumenep kian terkenal (3)
Para perajin batik tulis di Desa Pakandangan, Bluto, Sumenep, Madura banyak mendapat bantuan dari pemerintah daerah (pemda) setempat. Bantuan itu berupa promosi, pendaftaran hak paten, hingga pendanaan. Berkat bantuan itu, sentra batik tulis di desa tersebut semakin berkembang dan dikenal luas.Berkembangnya sentra batik tulis di Desa Pakandangan Barat, Bluto, Sumenep, Madura tidak terlepas dari peran dan dukungan pemerintah daerah (pemda) setempat. Untuk memajukan sentra batik di wilayahnya itu, pemda telah memberikan banyak bantuan kepada para perajin batik. Mulai dari membantu mempromosikan, membantu mengurus pendaftaran hak paten atas motif dan desain batik, hingga memfasilitasi kerja sama pendanaan dengan bank.Terkait dengan bantuan promosi, pemda kerap mengikutsertakan para perajin dalam berbagai macam kegiatan pameran, baik di luar kota maupun luar negeri. "Belum lama ini kami ke China untuk memperkenalkan batik Sumenep," ujar Busyro Karim, Bupati Sumenep.Menurut Busyro, batik tulis Sumenep layak dipromosikan hingga ke luar negeri. Sebab, batik tulis Sumenep merupakan salah satu warisan kerajaan Sumenep yang kaya nilai budaya. Bahkan, banyak motif batik dari daerah ini yang sudah berusia ratusan tahun.Makanya, selain getol berpromosi, Pemda Sumenep juga serius memberikan perlindungan hak paten atas motif dan desain batik Sumenep. "Saat ini kami kita sedang bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Surabaya untuk mengurus soal hak cipta batik tulis Sumenep, terutama yang usianya sudah mencapai ratusan tahun," ucap Busyro.Adapun untuk pendanaan, pemda telah menggandeng Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) untuk memberikan pinjaman modal bagi perajin batik yang membutuhkan. "Tentu dengan beban bunga yang rendah dan kerja sama yang berkelanjutan," ujar Busyro. Direktur BPRS Bhakti Sumekar Sumenep, Riyanto, mengaku sudah sekitar lima tahun bekerja sama dengan sejumlah pembatik lokal. Kerja sama itu berupa pemberian fasilitas dan kemudahan pinjaman modal kerja rutin dan modal kerja insidental. Untuk modal kerja, plafon pinjaman dinaikkan secara bertahap, sesuai kinerja nasabah. "Misalnya tahun pertama nasabah mendapat Rp 5 juta, kemudian tahun kedua bisa Rp 10 juta," ujarnya.Adapun modal kerja insidental hanya diberikan bagi pembatik yang mendapat pesanan dalam jumlah besar, tapi memiliki keterbatasan modal sehingga tidak bisa memenuhi pesanan. Plafon pinjamannya disesuaikan dengan jumlah pesanan yang diterima. Achmad Zaini, pemilik Sentra Batik Tulis Melati mengaku terbantu dengan program pinjaman modal dari BRPS tersebut. Selain itu, berkat bantuan pemda, ia juga bisa mengikuti pameran busana di berbagai tempat, seperti Jakarta atau Surabaya. "Di Jakarta saya biasa ikut pameran busana di Jakarta Convention Center Senayan dan Smesco," ucapnya. Tak heran, kini ia rutin menerima pesanan batik, baik dari dalam kota maupun luar kota. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News