JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) kian serius berbisnis rumah sakit. Dalam lima tahun ke depan emiten properti ini berencana membangun 20 rumah sakit baru. Dari bisnis ini, LPKR menargetkan pendapatan US$ 500 juta per tahun selama 5 tahun mendatang. Saat ini LPKR memiliki 5 rumah sakit yang sudah beroperasi. Satu di antaranya adalah rumah sakit yang diakuisisi oleh perseroan ini di Jambi beberapa waktu lalu. Rumah sakit ini beroperasi pertengahan Februari lalu. Tahun ini LPKR akan mengoperasikan dua rumah sakit lagi. "Tahun ini kami akan mengoperasikan tujuh rumah sakit," beber Danang Kemayan Jati, Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan LPKR melalui pesan singkat kepada KONTAN, Kamis (17/3).
Danang menolak membuka detail dua rumah sakit baru tersebut. Namun, menurut catatan KONTAN, tahun ini LPKR berniat membuka rumah sakit hasil akuisisi di Balikpapan yang dilakukan pada November 2010 lalu. Selain itu tahun ini LPKR juga membangun enam rumah sakit baru, yakni di Makassar, Karawaci Tangerang, Bali, Semarang, Surabaya dan Manado. Rumah sakit di Makassar dan Karawaci ditargetkan selesai tahun ini. LPKR menyiapkan belanja modal US$ 150 juta untuk membangun enam rumah sakit tadi. "Pembangunan enam rumah sakit ini akan menambah 20% total pendapatan LPKR," jelas Danang. Posisi strategis Analis menilai LPKR mengakuisisi rumah sakit dengan posisi strategis.
Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada bilang, letak Jambi dekat dengan Singapura. Dus, rumah sakit ini akan menjadi alternatif bagi orang yang biasa berobat ke Singapura. Sementara Balikpapan adalah kota industri berkembang. “Balikpapan termasuk daerah yang
income per kapitanya tinggi, sedang Jambi diuntungkan dari segi geografisnya,” tambah Budhy Siallagan, analis eTrading Securities. Reza memprediksi, bisnis rumah sakit berpeluang menjadi bisnis utama LPKR. "Dalam lima tahun mendatang bisnis rumah sakit yang akan menjadi tulang punggung LPKR," sebutnya. Maklum, Reza melihat persaingan di bisnis properti saat ini sangat ketat. Sudah begitu, lahan juga makin sempit. Kontribusi bisnis rumah sakit pada kinerja LPKR memang cukup besar. Di 2010 bisnis ini berkontribusi Rp 1,03 triliun, setara 33,18% dari total pendapatan LPKR. Dus, bisnis ini adalah kontributor kedua terbesar bagi pendapatan LPKR. Penyumbang pendapatan utama masih bisnis perumahan yang berkontribusi Rp 1,28 triliun, setara 40,96% pendapatan.
Tahun ini Reza menghitung pendapatan LPKR akan naik 21,6% menjadi Rp 3,8 triliun. Sementara laba bersih perseroan bisa naik 35,24% jadiRp 710 miliar. PER LPKR pun masih di bawah PER industri, yakni 18,3 kali. Reza merekomendasikan beli untuk LPKR dengan target harga Rp 650 per saham. Sedang Felicia Barus, analis Macquarie Securities Indonesia, memasang rekomendasi outperform dengan target harga Rp 840 per saham. Sedang Budhy memilih rekomendasi
hold dengan target harga Rp 800 per saham. Kemarin, saham LPKR anjlok 5,17% jadi Rp 550. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie