KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terpuruk pada 2021, kini reksadana saham kembali moncer. Sepanjang kuartal pertama 2022, reksadana saham berhasil menjadi reksadana dengan kinerja terbaik. Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index berhasil tumbuh 3,36% pada kuartal pertama 2022. Sementara itu, reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index berhasil naik 2,26%. Lalu, Infovesta 90 Money Market Fund Index yang mengukur kinerja reksadana pasar uang berhasil naik 0,68%. Terakhir, reksadana pendapatan tetap yang kinerjanya diukur menggunakan Infovesta 90 Fixed Income Fund Index cenderung datar karena hanya tumbuh tipis 0,02%.
Baca Juga: Moncernya IHSG Mengangkat Kinerja Reksadana Saham Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menerangkan, apiknya kinerja reksadana saham tidak terlepas dari kondisi fundamental yang baik, yakni perbaikan ekonomi. Hal ini merupakan hasil dari stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional, berbagai insentif pajak, serta kebijakan akomodatif oleh Bank Indonesia yang telah berjalan sejak awal pandemi. Selain itu, aliran dana masuk investor asing ke pasar saham Indonesia telah mencapai Rp 20,3 triliun. Menurutnya hal tersebut menunjukkan dukungan atau kepercayaan yang solid dari investor asing dan dapat menjadi indikator yang bagus untuk kinerja IHSG ke depan. “Faktor terakhir adalah seiring tingginya harga komoditi yang membuat IHSG menghijau dan berhasil menembus level 7.000 pada bulan Maret ini,” ujar Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (1/4).
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Paling Moncer Sepanjang Kuartal Pertama 2022 Memasuki kuartal kedua 2022, Reza melihat rally IHSG dan kinerja positif reksadana sedikit mengalami penurunan. Hal ini karena pasar akan menghadapi bulan Ramadan dan Lebaran seperti tahun sebelumnya. Selain itu, kondisi pasar juga akan terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global di mana kenaikan harga minyak dunia telah mendorong pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar (BBM) pada April 2022 mendatang untuk mengurangi tekanan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Sementara prospek kinerja reksadana pendapatan tetap pada kuartal kedua 2022 diyakini juga masih akan banyak tantangan. Reza menilai, katalis negatif bisa datang dari kenaikan suku bunga Bank Indonesia. Namun, selama kenaikan inflasi di Indonesia masih di level yang ditargetkan pemerintah, yakni di 3% plus minus 1% maka BI tidak akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Baca Juga: Reksadana Jadi Pilihan Favorit Nasabah Wealth Management Perbankan “Apalagi, Indonesia termasuk negara yang sangat diuntungkan oleh
booming harga komoditas yang terjadi saat ini,” imbuh dia. Melihat kondisi pasar saat ini, Reza menyarankan investor sebaiknya bisa masuk ke instrumen pasar uang. Lalu bisa sambil memanfaatkan momentum koreksi IHSG di bulan Ramadan yang kemungkinan akan
sideways. Alhasil, investor bisa mulai cicil beli reksadana saham. “Karena untuk
view di tahun 2022 lebih condong ke pemulihan ekonomi yang di mana saham akan berdampak paling besar,” tutup Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati