KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) mencatatkan kinerja yang solid pada kuartal I-2021. Tercatat, emiten menara ini membukukan pendapatan Rp 1,4 triliun atau naik 12,7% secara
year on year (yoy). TBIG juga berhasil mengantongi kenaikan laba bersih sebesar 16% secara yoy menjadi Rp 266 miliar. Pada periode tersebut, jumlah menara TBIG tercatat sebanyak 16.501 menara atau naik 5,2% secara yoy. Kenaikan jumlah menara juga diiringi dengan naiknya jumlah penyewa sebesar 9,2% secara yoy menjadi 32.612 penyewa. Dus, menghasilkan
tenancy ratio sebesar 1,98x atau naik dari 1,95x pada kuartal IV-2020 silam. Analis Trimegah Sekuritas Richardson Raymond dalam risetnya pada 9 Juli menuliskan, kinerja
top line TBIG tersebut sejauh ini sudah
inline dengan proyeksinya maupun konsensus. Sementara dari sisi
bottom line, telah memenuhi 18% dari proyeksi proyeksi Trimegah Sekuritas untuk laba bersih TBIG pada tahun ini.
Baca Juga: Harga batubara masih solid, ini saham-saham emiten tambang jagoan analis Walau begitu, Richardson menyebut angka tersebut masih
inline karena imbas TBIG mengakuisisi menara milik IBST baru akan dirasakan pada kuartal II-2021. Asal tahu saja, pada awal April kemarin, TBIG telah mengakuisisi 3.000 menara dan 4.400
tenants yang mengimplikasikan
tenancy ratio sebesar 1,47x. “Kami mengantisipasi
tenancy ratio milik TBIG pada akhir tahun nanti akan turun menjadi 1,91x dari posisi saat ini (1,98x per kuartal I-2021). Namun, pendapatan TBIG masih akan mencatatkan kenaikan berkisar 11,1% secara yoy pada tahun ini, dan ke depannya tren
tenancy ratio akan membaik,” tulis Richardson dalam risetnya. Dengan mulai dikembangkannya jaringan 5G di Indonesia, Richardson melihat TBIG akan ikut mendapat katalis positif. Pasalnya, pengembangan 5G memerlukan densifikasi
grid (1,6-1,8x lebih banyak situs) serta sepuluh kali lebih banyak situs sel kecil daripada makro/mikrosit untuk pita mmWave (20-26 GHz) . Menurutnya, dengan TBIG yang mengakuisisi 51% saham Visi Telekomunikasi Infrastruktur (GOLD) pada Desember 2018, membuatnya memiliki proposisi yang kuat dan unik dalam layanan
micropole. Dalam jangka waktu yang lebih singkat, ia memproyeksikan TBIG untuk mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 9.0% CAGR selama tiga tahun ke depan.
Baca Juga: Sebagian saham emiten media tertekan, ini saham yang masih direkomendasikan Selain itu, Richardson juga menilai, dengan dibukanya sektor telekomunikasi sebagai salah satu sektor yang bisa mendapatkan investasi dari investor asing akan turut menjadi katalis positif untuk TBIG. “Indonesia merupakan salah satu pasar menara paling menarik di Asia dengan margin EBITDA yang tinggi dan kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan, kami percaya bahwa perusahaan menara global dan investor akan terus mencari peluang investasi di sektor ini,” imbuh Richardson.
Richardson memperkirakan tahun ini TBIG bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 5,92 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 1,32 triliun. Trimegah Sekuritas saat ini memberi rekomendasi untuk beli saham TBIG dengan target harga Rp 3.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi