Memiliki kehidupan tidak seperti orang kebanyakan sudah menjadi pilihan Pavel Durov. Pria ini sudah terbiasa berpindah tempat tinggal agar tetap dapat membesarkan aplikasi perpesanan Telegram buatannya. Ia harus selalu siap melawan pemerintah Rusia yang berusaha menutup akses Telegram di Rusia. Durov enggan bekerjasama dengan Rusia untuk membuka data percakapan pengguna Telegram. Bisnisnya banyak dibantu oleh kakanya Nikolai. Kehidupan Pavel Durov sedikit banyak mirip dengan cerita di film Hollywood ketika tokoh utama harus melawan tekanan dari penguasa. Bahkan Ia harus pergi dari tanah kelahirannya untuk tetap menjaga idealismenya. Begitupula kehidupan Durov. Pria berusia 34 tahun itu harus meninggalkan tanah kelahirannya, Rusia. Durov bahkan sempat diprediksi tak akan masuk sebagai jajaran orang terkaya di dunia. Namun, ia mampu membuktikan kepada dunia bahwa platform berbagi pesan yang Ia dirikan yakni Telegram mampu bertahan di tengah banyak tekanan dari banyak pihak. Sayangnya, hingga 2016 Telegram yang berdiri sejak 2013 itu belum berhasil mendulang untung. Baginya saat ini adalah untuk tetap mempertahankan idealismenya terkait kebebasan.
Berkolaborasi dengan kakak membangun platform pesan Telegram (3)
Memiliki kehidupan tidak seperti orang kebanyakan sudah menjadi pilihan Pavel Durov. Pria ini sudah terbiasa berpindah tempat tinggal agar tetap dapat membesarkan aplikasi perpesanan Telegram buatannya. Ia harus selalu siap melawan pemerintah Rusia yang berusaha menutup akses Telegram di Rusia. Durov enggan bekerjasama dengan Rusia untuk membuka data percakapan pengguna Telegram. Bisnisnya banyak dibantu oleh kakanya Nikolai. Kehidupan Pavel Durov sedikit banyak mirip dengan cerita di film Hollywood ketika tokoh utama harus melawan tekanan dari penguasa. Bahkan Ia harus pergi dari tanah kelahirannya untuk tetap menjaga idealismenya. Begitupula kehidupan Durov. Pria berusia 34 tahun itu harus meninggalkan tanah kelahirannya, Rusia. Durov bahkan sempat diprediksi tak akan masuk sebagai jajaran orang terkaya di dunia. Namun, ia mampu membuktikan kepada dunia bahwa platform berbagi pesan yang Ia dirikan yakni Telegram mampu bertahan di tengah banyak tekanan dari banyak pihak. Sayangnya, hingga 2016 Telegram yang berdiri sejak 2013 itu belum berhasil mendulang untung. Baginya saat ini adalah untuk tetap mempertahankan idealismenya terkait kebebasan.