MOMSMONEY.ID - Beragam culture shock ini hanya akan Anda alami saat pindah ke Negeri Kanguru, Australia. Melansir dari
Kompas,
culture shock atau gegar budaya ialah perasaan ketika seseorang merasa terkejut saat menghadapi lingkungan & budaya yang berbeda di wilayah yang baru. Meski Australia sangat dekat dengan Indonesia, namun budaya hingga kehidupan di sana sangat berbeda dari yang selama ini orang Indonesia lakukan.
Lantas, apa saja sih culture shock apa saja sih yang biasa dialami para turis hingga mahasiswa yang baru pertama kali tinggal di Australia? Mari intip selengkapnya!
Baca Juga: Kunjungi 5 Destinasi Wisata Ini Saat Liburan ke Eropa Timur Aussie slang Banyak orang merasa
culture shock saat mendengar
aussie slang yang asing di telinga.
Aussie slang atau bahasa gaul Australia bisa sangat membingungkan orang. Pendudu setempat terbiasa menggunakan banyak istilah asing seperti “mate”, “arvo”, hingga “brekkie”. Jarak antar kota yang sangat jauh Australia dikenal sebagai benua yang besar. Melansir
International Education Specialist, perjalanan antara satu kota ke kota lain bisa memakan waktu dan jarak yang sangat lama! Meski bikin orang merasakan
culture shock, namun setidaknya penting untuk selalu mempersiapkan segala hal mulai dari waktu, pakaian, cuaca, hingga alat transportasi secara matang sebelum mulai bepergian.
Baca Juga: Rekomendasi 6 Tempat Indah di Praha Ibukota Ceko yang Sangat Romantis dan Indah Cuaca ekstrim Cuaca ekstrim di Australia membuat orang asing merasakan culture shock. Melansir
Insider Guides, di setiap negara bagian di benua Australia memiliki perbedaan cuaca yang sangat drastis. Contohnya ketika di wilayah Australia utara beriklim tropis, maka di Victoria & Tasmania justru mengalami 4 musim yang berbeda. Maka untuk menghadapi culture shock ini, para turis-mahasiswa di Australia wajib memantau terus aplikasi cuaca agar tak salah kostum.
Baca Juga: Masuk List Liburan, Ini 5 Destinasi Wisata Terfavorit di Ubud Bali Orang Australia terlampau ramah Mungkin bagi orang Indonesia sifat ramah orang Australia tak terlalu dianggap sebagai sebuah keanehan. Namun bagi orang asing, khususnya orang Eropa, keramahan orang Australia sangat membuat mereka terheran-heran. Orang Australia selalu menyapa semua orang dengan sapaan “Hi” & “Good morning” bahkan meski tak mengenal siapa yang mereka sapa. Penggemar berat olahraga Culture shock di Australia ialah rata-rata warganya merupakan penggemar berat olahraga. Mulai dari rugby hingga kriket adalah deretan olahraga yang sangat digemari masyarakat Australia. Hampir semua penduduk di sana merupakan penggemar fanatik klub-klub olahraga.
Baca Juga: Catat 6 Destinasi Wisata Wajib Saat Berlibur Ke Australia Budaya percintaan yang kasual
Baca Juga: 15 Negara Muslim dengan Beragam Aspek Kekuatan di Dunia, Indonesia Nomor Satu! Orang Australia selalu dikenal akan keramahannya, termasuk juga dalam hal percintaan. Mereka tak segan mengajak kencan seseorang secara kasual. Terkadang, cara ini bikin turis & para perantau kaget. Selain itu, seks juga bukanlah topik yang tabu di Australia. Orang-orang di sana membicarakan seks secara normal (tak sembunyi-sembunyi) kepada teman-temannya. Kabar baiknya, masyarakat Australia sangat menghargai
sex education. Mereka sadar akan pentingnya “praktik aman” dan “persetujuan” saat mengajak hubungan seksual dengan orang yang dicintai. Namun bagaimanapun juga, hal ini tetaplah menjadi contoh dari sekian banyak culture shock yang dirasakan oleh turis asing, termasuk orang Indonesia.
Baca Juga: 6 Fenomena Alam Langka di Seluruh Dunia yang Menakjubkan, Ada dari Indonesia Budaya “nyeker” Melansir
Horizon unknown, budaya “nyeker” atau berjalan tanpa alas kaki menjadi lumrah di kalangan orang Australia.
Culture shock ini kerap kali dihadapi para turis asing ketika pertama kali mengunjungi Australia. Ada banyak orang yang tak menggunakan alas kaki saat berbelanja bahkan di tempat umum seperti jalan raya sekalipun. Itulah deretan culture shock yang terjadi saat pertama kali pindah ke Australia. Apakah Anda pernah merasakan salah satunya? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Raissa Yulianti