KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kawat tembaga, lazimnya, dipakai dalam pembuatan peralatan listrik. Namun, di tangan kreatif Ester dan Lidya, bahan ini bisa berubah menjadi akesoris yang cantik dan bernilai tinggi. Salah satu mitra binaan PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan ini memproduksi aneka aksesoris untuk kaum hawa, mulai dari cincin, gelang, bros, hingga kalung dengan bentuk dan motif yang elegan. Kreativitas dan kerja keras dua sahabat ini mendatangkan banyak peluang. Pada 2019 lalu, Nio EL, nama usaha mereka, terpilih dan mendapat pembiayaan dari PT Pertamina (Persero) untuk mengikuti pameran di Aljazair, Afrika Utara. Omset dari pameran itu cukup besar, yakni sebesar Rp 50 juta. “Sambutan warga lokal terhadap produk kita cukup baik. Bahkan, ada pembeli yang sampai bolak-balik tiga kali membeli produk kita untuk dijual lagi di tokonya,” kenang Lidya seperti disampaikan kepada tim Program Kemitraan Pertamina. Sedikit kilas balik, Ester dan Lidya mempunyai kisah panjang sebelum memutuskan menekuni usaha yang menggiurkan ini. Mereka berdua bersahabat cukup lama. Kesamaan hobi, yakni membuat aksesoris untuk kaum hawa, menjadi perekat pertemanan mereka. Berbekal hobi itu pula, keduanya kompak bergabung ke dalam komunitas kerajinan kawat lilit tembaga. “Tahun 2001, kami bergabung ke dalam komunitas tersebut,” ujar Lidya.
Bermitra dengan Pertamina, aksesoris kawat tembaga Nio EL mendunia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kawat tembaga, lazimnya, dipakai dalam pembuatan peralatan listrik. Namun, di tangan kreatif Ester dan Lidya, bahan ini bisa berubah menjadi akesoris yang cantik dan bernilai tinggi. Salah satu mitra binaan PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan ini memproduksi aneka aksesoris untuk kaum hawa, mulai dari cincin, gelang, bros, hingga kalung dengan bentuk dan motif yang elegan. Kreativitas dan kerja keras dua sahabat ini mendatangkan banyak peluang. Pada 2019 lalu, Nio EL, nama usaha mereka, terpilih dan mendapat pembiayaan dari PT Pertamina (Persero) untuk mengikuti pameran di Aljazair, Afrika Utara. Omset dari pameran itu cukup besar, yakni sebesar Rp 50 juta. “Sambutan warga lokal terhadap produk kita cukup baik. Bahkan, ada pembeli yang sampai bolak-balik tiga kali membeli produk kita untuk dijual lagi di tokonya,” kenang Lidya seperti disampaikan kepada tim Program Kemitraan Pertamina. Sedikit kilas balik, Ester dan Lidya mempunyai kisah panjang sebelum memutuskan menekuni usaha yang menggiurkan ini. Mereka berdua bersahabat cukup lama. Kesamaan hobi, yakni membuat aksesoris untuk kaum hawa, menjadi perekat pertemanan mereka. Berbekal hobi itu pula, keduanya kompak bergabung ke dalam komunitas kerajinan kawat lilit tembaga. “Tahun 2001, kami bergabung ke dalam komunitas tersebut,” ujar Lidya.