Pelatihan dan pembinaan pembuatan Batik Sasirangan dari Kementerian Perindustrian membuka jalan bagi Maskur untuk menjajal usaha sebagai produsen batik. Waktu itu di tahun 1990, dia mendapatkan bantuan modal usaha berupa bahan baku lembaran kain dan pewarna kain. Untuk menyiapkan bahan-bahan lainnya, Maskur merogoh kocek sebesar Rp 300.000. Di awal usaha, sang istri, Lailani Lathifah, membuat sendiri batik tersebut mulai dari proses merajut, melukis sampai pencelupan. Lantaran belum ada produsen Batik Sasirangan di daerah tempat tinggalnya, sehingga Maskur belum memiliki pesaing. Ini membuat produknya cukup mudah diterima masyarakat. Dulu, menurut sejarahnya kain ini lebih banyak dicari untuk terapi penyembuhan penyakit oleh warga sekitar.
Bermodal Rp 300.000 untuk menjalankan bisnis batik
Pelatihan dan pembinaan pembuatan Batik Sasirangan dari Kementerian Perindustrian membuka jalan bagi Maskur untuk menjajal usaha sebagai produsen batik. Waktu itu di tahun 1990, dia mendapatkan bantuan modal usaha berupa bahan baku lembaran kain dan pewarna kain. Untuk menyiapkan bahan-bahan lainnya, Maskur merogoh kocek sebesar Rp 300.000. Di awal usaha, sang istri, Lailani Lathifah, membuat sendiri batik tersebut mulai dari proses merajut, melukis sampai pencelupan. Lantaran belum ada produsen Batik Sasirangan di daerah tempat tinggalnya, sehingga Maskur belum memiliki pesaing. Ini membuat produknya cukup mudah diterima masyarakat. Dulu, menurut sejarahnya kain ini lebih banyak dicari untuk terapi penyembuhan penyakit oleh warga sekitar.