Bernanke Meradang Otoritasnya akan Dipangkas Parlemen



WASHINGTON. Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (Fed), Ben S. Bernanke, tegas menentang rencana DPR dan Senat AS. Soalnya, kedua lembaga parlemen itu ingin mengebiri kewenangan Fed dalam mengawasi sistem keuangan dan perbankan. Bernanke menyatakan, pembatasan otoritas Fed bisa mengganggu stabilitas ekonomi AS. "Usul yang diajukan parlemen untuk membatasi wewenang Fed akan berimbas kepada kemampuan Fed menjalankan fungsi utamanya," kata Bernanke ke Washington Post, akhir pekan lalu. Bernanke mengakui, ada kebijakan Fed yang tidak menyenangkan dan tidak adil. Namun, ia menilai, kebijakan tak populer itu perlu untuk mencegah munculnya bencana global yang berdampak buruk dan panjang, seperti peristiwa Great Depression. Namun, Bernanke juga mengakui, Fed bukan dewa. "Federal Reserve, seperti regulator lainnya di seluruh dunia, tidak mungkin bisa membatasi seluruh risiko sektor keuangan," katanya. Bernanke merupakan Ketua The Fed yang paling banyak menggunakan privilese sejak peristiwa Depresi Besar pada 1929-1930 itu. Maklumlah, pria berusia 55 tahun ini menjadi nakhoda Fed di masa krisis ekonomi global. Yang menjadi sasaran tembak para anggota parlemen adalah kewenangan Fed mengucurkan dana bailout ke institusi keuangan di AS. Dengan alasan uang yang digunakan untuk penyelamatan itu adalah setoran pajak rakyat, Parlemen AS mengusulkan pembatasan wewenang Fed. Sejak Fed terbentuk pada 1913, baru tahun ini muncul gagasan pembatasan. DPR dan Senat AS juga mengajukan usul untuk ikut menentukan kebijakan bunga. Semua usulan itu akan dibahas dalam rapat Komisi Perbankan Senat AS pada 3 Desember mendatang. Bernanke sebagai pemimpin Fed juga diundang hadir. James Glassman, ekonom senior di JPMorgan Chase & Co, menilai wajar jika DPR melakukan tekanan terhadap Fed, mengingat besarnya uang Negeri Paman Sam yang digunakan untuk menyelamatkan industri perbankan di AS. Namun, Glassman mengingatkan para politisi di AS, Fed telah bekerja keras mengelola krisis keuangan di AS. "Lalu, mengapa Anda harus mengutak-atik sesuatu yang telah bekerja dengan baik?" kritik Glassman.


Editor: Syamsul Azhar