KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, Rusia tengah mendapatkan sanksi internasional akibat aksinya dalam melakukan invasi ke Ukraina. Akibatnya, Rusia tidak bisa melakukan transaksi perdagangan seperti biasa. Salah satu dampak dari sanksi internasional ini adalah terpangkasnya harga minyak mentah Rusia. Terkait hal itu, Indonesia memiliki niatan untuk membeli minyak mentah dari Rusia. Rencana tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Tentu saja rencana tersebut menimbulkan kontroversi. Pasalnya, ada beberapa dampak yang bisa terjadi jika rencana tersebut direalisasikan. Selain kekhawatiran akan embargo dari AS ke Indonesia, di sisi lain Indonesia saat ini juga tengah menjadi tuan rumah Presidensi G20. Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan, memang harga minyak dari Rusia lebih murah 30 persen daripada harga di pasar international. Namun, ada beberapa dampak jika Indonesia ngotot beli minyak mentah dari Rusia.
Baca Juga: Jerman Mengintip Peluang Mendapatkan Pasokan LNG dari Kanada “Memang lebih murah 30 persen, (sebelumnya) Pertamina kan sudah mencoba, tapi apa yang terjadi? Ada di cegat oleh kapal Green Peace, belum lagi nanti sanksi AS seperti yang diterapkan AS ke India. Ini semua harus dihitung,” kata Fahmi kepada Kompas.com, Rabu (24/6/2022). Dikutip dari Instagram @sandiuno, mantan Wakil Gubernur DKI tersebut mengatakan, Indonesia ditawari Rusia untuk membeli minyak mentahnya dengan menggunakan mata uang Rubel. Sandiaga bahkan menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah setuju terkait hal ini. “
Rusia kan nawarin ke kita, eh mau enggak? India sudah ngambil nih minyak kita, harganya 30 persen lebih murah dari harga di pasar international. Indonesia harus pinter, ambil enggak? Pak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mikirnya sama, ambil,” kata Sandiaga, dikutip dari akun Instagram @sandiuno, Kamis (24/8/2022).
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Hampir 3%, Brent ke US$99 dan WTI ke US$92,70 Fahmi melanjutkan, embargo yang diberikan AS, tidak sesederhana tidak bisa makan di McD. Namun, lebih dari itu, ada biaya diplomatic cost yang harus ditanggung Indonesia jika itu terjadi. Di sisi lain, AS juga bisa menyetop ekspor komoditas asal Indonesia. “Kalau diembargo AS, kita harus mempertimbangkan biaya seperti diplomatik cost dan juga biaya embargo dll. Jadi lebih baik jangan (beli minyak mentah dari Rusia),” lanjutnya. Ia juga melihat ada potensi Indonesia akan dituduh membiayai perang Rusia ke Ukraina jika Indonesia tetap membeli minyak mentah dari Rusia. Namun, berbeda halnya jika perang Rusia-Ukraina sudah selesai, hal ini dinilai akan lebih aman bagi Indonesia untuk membeli minyak mentah dari Rusia. “Indonesia bisa dituduh membiayai perang Rusia ke Ukraina. Ini kan tambah parah, apalagi Indonesia sekarang tuan rumah presidensi G20. Ini bisa sangat mengganggu. Tapi kalau perangnya sudah selesai, saya kira tidak apa-apa,” ujar dia.
Sandiaga melanjutkan, dalam kondisi seperti ini, Indonesia harus pandai mengambil peluang dengan kalkulasi yang matang demi kebangkitan ekonomi. Kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) dunia imbas adanya perang Rusia-Ukraina menciptakan multiplier effect negatif dengan meningkatnya inflasi, yang mengakibatkan naiknya harga-harga bahan pokok saat ini. “Saat ini teman-teman di sektor keuangan lagi ngitung-ngitung. Kita harus tegas, untuk tidak pro terhadap salah satu negara. Kita bisa melewati badai ini dengan baik melalui beragam inovasi, adaptasi dan kolaborasi. Serta beragam kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu,” ucap Sandiaga. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Ini Dampaknya jika Indonesia Ngotot Beli Minyak Mentah dari Rusia" Penulis : Kiki Safitri Editor : Akhdi Martin Pratama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie