KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten bank digital dinilai masih punya potensi untuk mencatatkan pertumbuhan kredit. Namun dalam perjalanan bank digital ini akan menghadapi tantangan dari sentimen global dan domestik. Analis CGS-CIMB Sekuritas Handy Noverdanius menjelaskan secara profitabilitas beberapa emiten bank digital masih tertekan atau membukukan kerugian di sisa tahun ini. Maklum, beberapa emiten baru memulai bisnis bank digital beberapa tahun terakhir. Dia menilai sehingga perlu waktu untuk bank-bank digital ini untuk meningkatkan bisnis. Misalnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) membukukan pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) sebesar Rp 180 miliar atau tumbuh 242% secara tahunan atawa year on year (yoy) di kuartal pertama 2022.
Baca Juga: Simak Tawaran Bunga KPR yang Berlaku di BCA, BTN, BNI, dan BRI Namun dari sisi bottom line, BBYB masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 416,73 miliar di kuartal pertama tahun ini. Nilai ini membengkak 728,95% yoy dari Rp 50,27 miliar di kuartal pertama 2021. Handy menilai secara prospek pertumbuhan kredit masih bisa bertumbuh dari level saat ini. Kenaikan penyaluran kredit tentunya bisa mendorong kinerja para emiten bank digital ini. "Penyaluran kredit dan pertumbuhan deposit bank digital terus tumbuh, seharusnya dengan pertumbuhan kredit semakin besar juga bisa membantu untuk mereka jadi lebih profitable," kata Handy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/7). Baca Juga: Menakar Prospek Saham Bank Digital Untuk gambaran, PT Bank Jago Tbk (ARTO) membukukan penyaluran kredit serta pembiayaan syariah Bank Jago senilai Rp 6,14 triliun atau meningkat 376% yoy. Namun, dia mencermati pertumbuhan bank digital ini masih menghadapi tantangan dari sisi kondisi makro ekonomi ini lantaran adanya potensi kenaikan suku bunga dan kekacauan resesi di luar Indonesia. Handy menyebut bank digital perlu terus berinovasi untuk mengarungi tantangan secara global maupun domestik, dengan meluncurkan fitur atau produk yang menarik. "Harus tetap inovatif untuk membuat produk atau fitur yang inovatif dengan mengadopsi dari bank konvensional. Kemudian, pada saat yang sama bank digital harus mulai menyalurkan kredit yang bisa mencetak profit," ucap dia. Baca Juga: Kinerja Saham Bank Digital Naik Selama Sepekan, Mana yang Layak Dikoleksi?