Berpotensi Delisting, Begini Jurus Intraco Penta (INTA) Memoles Kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Intraco Penta Tbk (INTA) menjadi salah satu saham yang berpotensi terdepak (delisting) dari bursa. Saham INTA telah disuspensi di seluruh Pasar selama 6 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada tanggal 3 Juni 2024.

Munculnya potensi delisting ini disebabkan oleh suspend saham INTA yang terjadi sejak Mei 2022. Suspensi ini disebabkan oleh opini disclaimer untuk laporan keuangan untuk laporan keuangan tahunan (LKT) 2021 dan ekuitas Intraco Penta yang masih negatif

Dalam surat ke Bursa Efek Indonesia, Kamis (29/12), manajemen menjabarkan upaya dan strategi untuk memperbaiki kondisi keberlangsungan usaha, dalam rangka reminder delisting dan permintaan penjelasan bursa.


INTA akan mengoptimalkan usaha perdagangan alat berat dan mendorong penjualan suku cadang dengan jaringan bisnis yang tersebar di Indonesia. Sebelumnya, manajemen INTA menilai tahun depan penjualan alat berat akan meningkat, khususnya untuk segmen pertambangan, perkebunan, dan proyek infrastruktur.

Baca Juga: Sumber Global Energy (SGER) Kerek Target Pendapatan, Ini Alasannya

INTA cukup optimistis menatap tren penjualan di tahun 2023, di tengah masih tingginya harga komoditas terutama batubara dan nikel. Proyeksi manajemen, INTA akan membukukan pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun di 2023, naik dari proyeksi pendapatan di akhir 2022 yang sebesar Rp 657 miliar, naik sekitar 8% dari tahun lalu.

Per November 2022, total penjualan alat berat secara keseluruhan termasuk pendukung spare parts sudah mencapai Rp 610 miliar.

Untuk itu, INTA berfokus pada penguasaan pasar di wilayah yang menjadi pusat batubara dan nikel, baik di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Selain itu, INTA juga akan memperkuat bisnis purna jual (after sales).

“INTA juga berkolaborasi Sinotruk dalam mengembangkan bisnis dan fasilitas remanufacturing milik INTA di Balikpapan,” terang Direktur Utama Intraco Penta, Petrus Halim, Kamis (29/12).

Petrus mengaku, salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh INTA adalah utang bank yang berjumlah besar. Strategi untuk mengatasi mengatasi ini adalah dengan cara melakukan optimalisasi aset yang kurang produktif untuk menghasilkan cash flow yang dapat digunakan untuk melunasi utang. Selain itu, INTA akan tetap melakukan upaya penetrasi pasar untuk merek baru yang dijual oleh INTA.

Adapun INTA telah berhasil melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian pinjaman/fasilitas kredit INTA dan anak usahanya, yakni Intraco Penta Wahana, Intraco Penta Servis, dan Columbia Chrome Indonesia terhadap PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Baca Juga: Sepajang Tahun Ini, Dewata Freight (DEAL) Yakin Pendapatan Tumbuh hingga 20%

Fasilitas restrukturisasi ini akan memungkinkan INTA untuk memperbaiki arus kas, karena beban pembayaran kepada bank (kreditur) menjadi lebih ringan sekaligus dapat memperbaiki kolektibilitas pinjaman Intraco Penta Grup secara bertahap menjadi status lancar.

“Dengan pembayaran kewajiban angsuran yang lebih ringan kepada kreditur, tentunya akan memperkuat arus kas Intraco Penta sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada para supplier,” kata Petrus.

Anak usaha INTA, yakni PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) juga akan mengubah kegiatan usaha, dari semula perusahaan pembiayaan menjadi distributor alat pengangkutan komersial. Pemilihan lini usaha ini sejalan dengan kompetensi INTA selaku induk usaha IBFN. Adapun RUPSLB  atas perubahan kegiatan usaha akan dilaksanakan pada 31 Januari 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi