Berpotensi Lemahkan Rupiah, LPEM UI Nilai BI Menahan Suku Bunga Acuannya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) menilai, meskipun inflasi menurun, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang terlalu cepat dapat berdampak negatif bagi perkembangan nilai tukar rupiah.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menilai, penurunan suku bunga atau BI-rate akan meningkatkan volatilitas rupiah dan berpotensi melemahkan rupiah karena dapat memicu arus modal keluar.

Riefky menyebut, untuk menjaga perbedaan suku bunga dan menstabilkan mata uang, BI perlu menyelaraskan momentum penurunan suku bunga dengan pelonggaran moneter The Fed.


“Oleh karena itu, BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25% rapat dewan gubernur bulan Agustus ini,” tutur Riefky dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/8).

Adapun setelah Amerika Serikat (AS) tidak merubah tingkat suku bunga acuannya pada rapat FOMC di Juli lalu, kondisi terkini terkait inflasi dan pasar tenaga kerja di AS mendorong naiknya ekspektasi bahwa akan terjadi penurunan suku bunga acuan di rapat FOMC September mendatang.

Besok Rabu (21/8), BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Saat ini tingkat suku bunga BI berada di level 6,25% atau bertahan sejak kenaikan 25 basis poin (bps) pada April lalu.

Baca Juga: Ada Kans Pemangkasan BI Rate, Namun Perlu Hati-Hati

Sementara itu dari global, berdasarkan data CME FedWatch Tool, sebuah indikator yang mengukur ekspektasi pasar terhadap tingkat Fed Funds Rate (FFR), probabilitas The Fed untuk menahan suku bunganya dalam FOMC mendatang sudah menyentuh 0% sejak 24 Juli lalu.

Per 16 Agustus, ekspektasi pasar mengindikasikan adanya 75% probabilitas pemotongan suku bunga sebesar 25 bps dan 25% probabilitas pemotongan suku bunga sebesar 50 bps oleh The Fed di rapat FOMC berikutnya.

Sebagaimana diketahui, BI akan mengumumkan hasil menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21 Agustus 2024. Tingkat suku bunga BI saat ini di level 6,25% yang bertahan sejak kenaikan 25 basis poin (bps) pada April lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih