JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi dengan kupon tinggi kian marak. Tingginya kupon tersebut untuk bisa bersaing dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN). Yang terbaru adalah Bank UOB Indonesia. Total emisi yang dikeluarkan mencapai Rp 1,5 triliun. Nilai emisi tersebut dipecah menjadi 3 seri yakni Seri A dengan emisi Rp 400 miliar kupon 8,6% bertenor 370 hari. Seri B, nilai emisi Rp 600 miliar kupon 9,4% dan tenor 3 tahun. Serta seri C yang beremisi Rp 500 dengan kupon 9,6% dan tenor 5 tahun. Surat utang ini yang memiliki peringkat AAA dari Fitch Ratings ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 2 April 2015.
Tingkat kupon yang diberikan ketiga seri tersebut di atas tingkat kupon wajar yang merupakan hasil penambahan
yield SUN tenor sama dengan
credit spread matrix obligasi berperingkat AAA. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) juga menawarkan tingkat kupon tinggi pada obligasinya dengan total emisi Rp 1 triliun. Obligasi yang akan terbit pada 1 April ini dipecah menjadi dua seri. Seri A bertenor 370 hari dengan total emisi Rp 140 miliar dan kupon 9,25%. Seri B tingkat kupon 10,25% beremisi Rp 140 miliar dan tenor 3 tahun. Dua kupon yang diberikan tersebut juga berada di atas tingkat kupon wajar. Analis Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga mengatakan tawaran kupon tinggi tersebut sebagai salah satu antisipasi emiten dalam perebutan dana investor dengan pasar SUN. “Strategi pemerintah dengan melakukan
front loading tentu telah menarik likuiditas investor,” kata Desmon. Ia menambahkan, di satu sisi, kondisi pasar SUN saat ini yang lebih baik dibanding awal tahun lalu menjadi keuntungan sendiri bagi investor. “
Yield SUN sekarang lebih rendah dibanding awal tahun lalu sehingga tingkat kupon wajar bisa turun. Hal ini menguntungkan emiten karena dapat menawarkan tingkat kupon rendah tapi juga tinggi dibanding pasaran sekarang,” tambah Desmon. Ia juga menyarankan agar porsi portofolio investor saat ini dipecah 70% di pasar SUN dan 30% di obligasi korporasi. Pertimbangannya lantaran SUN masih dipandang sebagai instrumen yang lebih aman dibanding obligasi korporasi. “Tentu porsi ini tergantung pada preferensi masing-masing investor,” ujarnya. Analis obligasi Sucorinvest Centra Gani Ariawan menyebut, meski ada potensi perebutan dana investor antara pasar SUN dengan obligasi korporasi, investor sudah punya masing-masing alokasi dana bagi efek SUN dan obligasi korporasi. Ariawan lebih melihat tren pemberian kupon tinggi obligasi korporasi saat ini lebih disebabkan oleh persaingan antar emiten. “Terlebih bagi emiten sektor keuangan. Emiten sektor ini perlu memberi pemanis berupa kupon tinggi di obligasi korporasinya mengingat portofolio investor pada surat utang ini sudah cukup besar,” ujar Ariawan. Dari 3 seri obligasi Bank UOB tadi Ariawan memprediksi seri B bakal laris manis diburu investor. Seri ini dipandang beremisi besar dengan tenor menengah dan kupon tinggi. Menurutnya semua investor institusi berpeluang untuk masuk pada seri ini.
“Dana pensiun, asuransi bahkan perbankan juga berpeluang masuk ke seri B,” tambah Ariawan. Menurutnya tingkat kupon seri ini tidak jauh berbeda dengan seri A bahkan dengan tenor yang lebih pendek. “Preferensi investor obligasi korporasi selalu mencari surat utang dengan tenor pendek untuk mengurangi risiko,” ujarnya. Lanjutnya ia memprediksi, seri A akan diminati oleh investor manajer investasi (MI) sedangkan seri C investor dana pensiun yang punya kewajiban pada 5 tahun mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan