NEW YORK. Di sela dugaan kasus pencurian data rahasia milik International Leasing Finance Corp (ILFC), anak usaha American International Group Corp (AIG), Air Lease Corp (ALC) malah kian agresif berekspansi. Perusahaan penyewaan pesawat itu telah memesan delapan unit Boeing tipe 787-9 Dreamliner senilai US$ 1,8 miliar pada daftar harga sewa untuk Vietnam Airlines. Pengiriman pesawat jenis itu dijadwalkan tiba berturut-turut pada 2017 dan 2018. Delapan armada baru yang dipesan itu menggenapi empat pesawat 787-9 yang sebelumnya telah dicatatkan pada orderan ALC sekitar Desember lalu. Selain 12 pesawat baru itu, akhirnya terungkap bahwa ALC merupakan pembeli model pesawat Boeing jarak menengah teranyar 737 MAX yang selama ini dirahasiakan identitasnya. Transaksi dengan nilai transaksi setara dengan US$ 6 miliar ini melibatkan 60 unit pesawat jet yang diklaim hemat bahan bakar. Pesawat tipe 737 MAX yang diharap bisa masuk pasaran pada 2017 itu merupakan andalan Boeing untuk bisa berkompetisi dengan A320neo buatan Airbus. ALC juga ternyata memiliki order 36 unit A320neo yang tertunda sementara. Rencananya, ALC bakal menutup pesanan pada Airbus itu pada 16 Januari 2013. Perusahaan yang didirikan 2010 oleh Steven Udzar-Hazy itu tengah gencar membeli pesawat baru demi menuntaskan obsesinya menjadi pionir korporasi penyewaan pesawat modern. Hazy, sang direktur utama ALC, sebenarnya sempat mengkritik keputusan peningkatan kualitas penghematan bahan bakar pada mesin pesawat buatan Boeing dan Airbus. Sebab, modifikasi mesin pesawat justru menghasilkan penghematan bahan bakar lebih baik ketimbang mesin baru. Namun, kedua produsen itu malah memilih opsi mesin baru dengan alasan desain ulang mesin bakal memperpanjang jadwal pemasaran pesawat. Meski demikian, ALC tetap menggelontorkan pesanan demi memuaskan obsesinya. Malahan, Hazy menanyakan kemungkinan kedua produsen itu merakit pesawat berkapasitas 100-200 kursi. Apalagi, dia melihat, pertumbuhan permintaan pesawat kategori itu memiliki tren tertinggi. Saat ini perusahaan penyewaan mempertimbangkan pemesanan pesawat pada produsen yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi di pasaran. Hingga saat ini, Airbus masih memimpin jumlah penjualan pesawat tipe hemat bahan bakar dengan 1.289 pesanan dan 266 order sementara, termasuk 36 unit A320neo yang tengah menjalani proses finalisasi pesanan ALC. Sementara Boeing yang tengah merancang ulang mesin 737 demi mengejar Airbus telah menjual 451 pesawat tipe MAX. Perusahaan ini memenangkan pesanan sementara dari 135 perusahaan yang telah disebutkan dan lebih dari 400 korporasi yang disembunyikan identitasnya.
Bersengketa dengan AIG, Air Lease makin ekspansif
NEW YORK. Di sela dugaan kasus pencurian data rahasia milik International Leasing Finance Corp (ILFC), anak usaha American International Group Corp (AIG), Air Lease Corp (ALC) malah kian agresif berekspansi. Perusahaan penyewaan pesawat itu telah memesan delapan unit Boeing tipe 787-9 Dreamliner senilai US$ 1,8 miliar pada daftar harga sewa untuk Vietnam Airlines. Pengiriman pesawat jenis itu dijadwalkan tiba berturut-turut pada 2017 dan 2018. Delapan armada baru yang dipesan itu menggenapi empat pesawat 787-9 yang sebelumnya telah dicatatkan pada orderan ALC sekitar Desember lalu. Selain 12 pesawat baru itu, akhirnya terungkap bahwa ALC merupakan pembeli model pesawat Boeing jarak menengah teranyar 737 MAX yang selama ini dirahasiakan identitasnya. Transaksi dengan nilai transaksi setara dengan US$ 6 miliar ini melibatkan 60 unit pesawat jet yang diklaim hemat bahan bakar. Pesawat tipe 737 MAX yang diharap bisa masuk pasaran pada 2017 itu merupakan andalan Boeing untuk bisa berkompetisi dengan A320neo buatan Airbus. ALC juga ternyata memiliki order 36 unit A320neo yang tertunda sementara. Rencananya, ALC bakal menutup pesanan pada Airbus itu pada 16 Januari 2013. Perusahaan yang didirikan 2010 oleh Steven Udzar-Hazy itu tengah gencar membeli pesawat baru demi menuntaskan obsesinya menjadi pionir korporasi penyewaan pesawat modern. Hazy, sang direktur utama ALC, sebenarnya sempat mengkritik keputusan peningkatan kualitas penghematan bahan bakar pada mesin pesawat buatan Boeing dan Airbus. Sebab, modifikasi mesin pesawat justru menghasilkan penghematan bahan bakar lebih baik ketimbang mesin baru. Namun, kedua produsen itu malah memilih opsi mesin baru dengan alasan desain ulang mesin bakal memperpanjang jadwal pemasaran pesawat. Meski demikian, ALC tetap menggelontorkan pesanan demi memuaskan obsesinya. Malahan, Hazy menanyakan kemungkinan kedua produsen itu merakit pesawat berkapasitas 100-200 kursi. Apalagi, dia melihat, pertumbuhan permintaan pesawat kategori itu memiliki tren tertinggi. Saat ini perusahaan penyewaan mempertimbangkan pemesanan pesawat pada produsen yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi di pasaran. Hingga saat ini, Airbus masih memimpin jumlah penjualan pesawat tipe hemat bahan bakar dengan 1.289 pesanan dan 266 order sementara, termasuk 36 unit A320neo yang tengah menjalani proses finalisasi pesanan ALC. Sementara Boeing yang tengah merancang ulang mesin 737 demi mengejar Airbus telah menjual 451 pesawat tipe MAX. Perusahaan ini memenangkan pesanan sementara dari 135 perusahaan yang telah disebutkan dan lebih dari 400 korporasi yang disembunyikan identitasnya.