Bersengketa dengan Wikileaks, hacker serang PayPal, Mastercard dan Visa



PRANCIS. Perang antara pendukung WikiLeaks dan anti Wikileaks berlangsung di dunia maya. Buktinya, para hacker merusak situs Visa, Martercard, PayPal, dan bank di Swiss, hari ini (9/12). Serangan yang dilakukan oleh ribuan hacker ini adalah aksi balasan terhadap tiga penyedia jasa pembayaran terbesar di dunia itu. Sehari sebelumnya, Martercard, Visa, dan PayPal menghentikan layanan mereka kepada WikiLeaks. Penghentian itu membuat nasib WikiLeaks diujung tanduk sebab selama ini donasi dari para dermawan di dunia ditransfer melalui tiga perusahaan itu. Para ahli keamanan di internet mengatakan serangan ini dengan memakai Distributed Denial-of-Service Attack (DDoS). Akibatnya, situs dibanjiri banyak permintaan hingga kewalahan, lalu situs itu drop. Serangan para hacker ini pertama kali terungkap melalui jaringan sosial Twitter dengan identitas Operation Payback. Akun anonim itu menyatakan Visa telah kalah. Tak lama kemduan, situs Visa dapat diperbaiki dan juru bicara Visa Ted Carr menyatakan proses jaringan telah normal dan transaksi para pemegang kartu tidak terpengaruh. Namun dalam perkembangan yang cepat, akun Twitter mendapat jawaban dari pengguna lain bahwa situs Visa berhasil dihentikan lagi. Juru bicara Twitter menolak berkomentar tentang pesan di Twitter yang berbunyi "aksi dilakukan terhadap pemegang akun yang spesifik".Paul Mutton dari perusahaan keamanan internet Netscraft yang memonitor serangan ini, mengatakan Visa adalah target perusakan yang sulit. Serangan terhadap Visa melibatkan hacker yang banyak sekitar 2000 orang, lebih banyak daripada Mastercard sekitar 400 orang hacker.Sebuah perusahaan pembayaran yang berjaringan dengan Mastercard mengatakan pelayanan terhadap konsumennya telah terganggu. Layanan itu adalah proses pembuktian keaslian data (authentication) untuk pembayaran secara online yang dikenal dengan Mastercard's SecureCode jadi kacau.Mastercard mengakui ada layanan di situsnya yang terganggu. Namun Mastercard mengatakan telah berhasil mengatasi masalah itu dan data pemilik kartu kredit tidak dalam risiko. "Pemilik kartu tetap bisa memakai kartunya untuk bertransaksi secara global," katanya Mastercard. Sedangkan PayPal terang-terangan mengaku penghentian layanan tersebut karena permintaan secara dari pemerintah Amerika Serikat. "Pada 27 November kami menerima surat dari pemerintah AS bahwa kegiatan WikiLeaks adalah illegal" kata juru bicara Pay Pal Osama Bedier, di Prancis.PayPal mengaku hanya menegakkan peraturan dalam terms of services. "Kami hanya berpegang pada perspektif kami, tidak lebih dari itu," kata Osama. Selain tiga institusi itu, hacker juga menyerang situs bank di Swiss, PostFinance yang telah menutup akun pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Bank itu mengklaim Assange telah memberikan informasi yang salah saat membuka akun.Kepada AFP, sumber anonim mengatakan grup hacker ini akan memperluas perlawanan ini kepada siapapun yang memililki agenda "anti WikiLeaks". Sebelum serangan ini, sumber yang menamakan diri Coldblood alias Darah Dingin, kepada BBC mengatakan, para hacker menentang sensorshop dan membela kebebasan berekspresi di internet. "Internat harus tetap bebas dan terbuka. Kami merasa WikiLeaks lebih dari sekadar membuka dokumen rahasia, tetapi itu adalah perang bawah tanah antara rakyat dan pemerintah," kata Coldblood.


Editor: