Bersiap, aset Nyonya Meneer senilai Rp 1,8 miliar dilelang akhir Maret



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa aset PT Perindustrian Njonja Meneer alias Nyonya Meneer (dalam pailit) akan segera dilelang.

Kurator kepailitan Nyonya Meneer Ade Liansyah mengatakan aset yang akan dilelang berupa barang bergerak seperti furniture, mesin-mesin produksi, dan ruko. "Sudah selesai appraisal. Akhir maret akan mulai lelang barang bergerak. Nilainya sekitar Rp 1,8 miliar," katanya kepada KONTAN pekan lalu.

Sementara ihwal beberapa merek Nyonya Meneer, kata Ade, saat ini pihaknya masih menunggu proses finalisasi perpanjangan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI).


Ade menyebutkan, tim kurator saat ini telah melakukan perpanjangan terhadap lebih dari 80 merek milik Nyonya Meneer.  Meskipun, ia belum bisa menaksir berapa harga-harga yang bisa didapatkan dari penjualan merek tersebut.

"Informasinya ada sekitar 200 merek lebih. Tapi yang benar-benar ada dokumennya ada sekitar 80. Termasuk yang kadaluarsa. Itu yang kita perpanjang," jelas Ade.

Ade menjelaskan, terkait pendataan merek, tim kurator juga kerap mengalami kendala, lantaran dokumen-dokumen yang tak lengkap diberikan oleh debitur.

Meski demikian, ia mengaku kelak akan mempersiapkan penjualan beberapa merek setelah selesai masa perpanjangan.

"Sekarang rencananya kita lelang dalam kondisi avis, tapi nanti kita tanya kreditur dulu, maunya bagaimana? kalau memang ada kendala. Kalau tidak ada kita sesuai prosedur saja, setelah appraisal kita terbitkan permohonan lelang," papar Ade.

Hingga saat ini, Ade bilang pihaknya telah banyak menerima peminat untuk membeli merek-merek Nyonya Meneer. "Yang menghubungi sih banyak, tapi terlihat serius atau tidak baru nanti terlihat pas lelang. Yang menghubungi pun belum kasih pernyataan mereka dari korporasi mana," lanjutnya.

Sekadar informasi, beberapa waktu lalu, beberapa pengusaha seperti Rahmat Gobel, Iwan Bogananta disebut-sebut tertarik membeli merek Nyonya Meneer. Namun hal tersebut urung terwujud lantaran banyak faktor, seperti harga penawaran yang terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi