Bersiap menjaring saham IPO jumbo



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal masih menjadi pilihan strategis untuk menghimpun dana segar. Tahun ini, puluhan perusahaan siap menggelar initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengacu data yang dikutip www.poems.co.id dan riset KONTAN, setidaknya 44 perusahaan akan melangsungkan IPO tahun ini. Total nilai yang dihimpun bisa mencapai di atas Rp 40 triliun.

Sejumlah perusahaan bahkan membidik pendanaan jumbo. Beberapa anak usaha BUMN, seperti Adhi Persada Gedung, Bank BRI Syariah, dan Hutama Karya Realtindo (HK Realtindo), mengincar dana IPO lebih dari Rp 1 triliun (lihat Harian KONTAN, 27 Februari 2018).


Tahun lalu, jumlah IPO di BEI mencapai 38 emiten, dengan total nilai emisi Rp 9,6 triliun. Ini adalah pencapaian terendah dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2014, BEI pernah mencatatkan IPO sebanyak 20 emiten dengan nilai total emisi Rp 8,30 triliun.

Tahun ini, bila puluhan perusahaan tersebut merealisasikan rencananya masuk bursa saham, pencapaiannya bakal melampaui tahun lalu. Sejumlah korporasi besar tercatat akan IPO. Misalnya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), produsen emas dan anak usaha PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC).

PT Pelindo II juga memastikan akan memasukkan anak usaha ke bursa. "Tahun ini ada dua anak usaha kami yang IPO. Kami sedang finalisasi valuasinya," kata Riry Syaried Jetta, Direktur Pengelolaan Anak Perusahaan Pelindo II kepada Kontan.co.id, kemarin.

Anak usaha Pelindo II itu adalah PT Indonesia Kendaraan Terminal yang bergerak di  jasa pengoperasian kendaraan terminal. Perusahaan ini akan IPO di semester I-2018 dan menawarkan 20%-30% saham.

Anak usaha Pelindo II yang juga akan masuk bursa adalah PT Pelabuhan Tanjung Priok. Perusahaan ini bakal menggelar IPO di semester II dan melepas 20%-30% saham.

Analis Equator Swarna Sekuritas David Nathanael Sutyanto menilai, tahun ini adalah momentum yang bagus untuk IPO. Apalagi, pasar modal bergerak dalam tren bullish. Awal tahun 2018, beberapa kali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi.

Sejumlah sentimen makro menjadi alasan perusahaan untuk masuk bursa. Sebab, imbal hasil di pasar saham dinilai lebih menarik ketimbang pilihan pendanaan lainnya. "Dengan asumsi suku bunga rendah, maka imbal hasil saham diharapkan lebih tinggi dibanding instrumen lainnya," kata David.

Meski demikian, beberapa tantangan bakal mengadang perusahaan yang akan mencatatkan saham perdana. Selain IHSG yang sudah naik cukup tinggi, juga ada ketakutan terbesar. Yakni, saat persiapan IPO sudah matang, pasar justru mengalami koreksi.

Memilih saham IPO

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengungkapkan, sebelum masuk dan membeli saham IPO, investor mesti membedah fundamental perusahaan berikut prospek bisnis.

Valuasi menjadi aspek penting. Jika price to earning ratio (PER) mencapai 15 kali, maka investor yang berminat bisa membeli saham IPO tersebut. "Terlebih, kalau ingin menarik minat investor asing, PER 10 kali pasti akan bagus," imbuh Nafan.

Rencana penggunaan dana IPO juga perlu investor cermati. Akan lebih baik bagi investor memilih saham IPO yang penggunaan dananya untuk ekspansi usaha dibanding buat melunasi utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati