Bersiap Saja, Dolar AS Akan Semakin Lemas



JAKARTA. Anda ingin membeli dolar Amerika Serikat (AS)? Siapkanlah segera uang Anda. Para ekonom memperkirakan, untuk jangka pendek ini, mata uang negeri Uwak Sam ini bakal tertekan. Penyebabnya keputusan Federal Reserve (Fed) yang memangkas suku bunga acuannya atawa Fed funds rate.

Saat ini, Fed funds rate berada pada posisi 1%. Jika Fed memangkas lagi, tingkat bunga Fed sudah nyaris 0%.

Para analis sangat yakin, Fed kemungkinan besar memangkas bunga dalam rapat semalam. Ini merupakan upaya mencegah AS jatuh lebih dalam ke jurang resesi. Maklum, data-data ekonomi AS terus memburuk. Kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan angka indeks konsumen turun 1,7% ketimbang November 2008.


Fed pun sudah mulai kehabisan senjata untuk mencegah resesi tersebut, selain memangkas tingkat bunga acuannya.

Para ekonom melihat untuk jangka pendek, sentimen pemotongan suku bunga AS tersebut bakal menekan dolar. Lihat saja, "Sekarang dolar sudah mulai terkoreksi terus," kata Nico Omer Jonckheere, Wakil Presiden Riset dan Analisis Valbury Asia Futures, kemarin (16/12).

Sampai kemarin, dolar memang masih terus melemah. Dolar AS nyaris menyentuh level terendah selama dua bulan terakhir terhadap Euro. Sampai pukul 21.47 WIB, nilai euro mencapai US$ 1,3725 per euro.

Selain itu, mata uang hijau ini juga melemah terhadap poundsterling. Pada waktu yang sama, 1 poundsterling dihargai US$ 1,5351. Bahkan, dolar kembali menyentuh level terendah terhadap yen. Sampai pukul 21.47 WIB semalam, yen sudah menguat dan akhirnya berada di 89,89 yen per dolar AS.

Namun, analis melihat pelemahan dolar AS tersebut hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Walhasil, dolar berpotensi kembali menguat dalam waktu dekat.

Penyebabnya, "Pemotongan suku bunga menandakan risiko investasi di AS kecil, sehingga banyak yang akan memborong dolar," terang Juniman, Ekonom Bank Internasional Indonesia. Dolar AS masih menjadi mata uang yang menarik untuk dikoleksi dalam jangka pendek.

Analis juga masih menganggap mata uang yen memiliki prospek yang menarik. "Penurunan suku bunga AS tidak akan berimbas negatif terhadap yen," ucap Apelles RT Kawengian, Kepala Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures.

Rupiah juga makin seksi seiring penurunan bunga Fed. Maklum, rupiah mendapat keuntungan dari melebarnya selisih antara suku bunga AS dengan BI rate. Selisih bunga ini berpotensi mengundang dana asing masuk ke Indonesia. Ujungnya, rupiah bisa kuat. Untuk jangka pendek, analis merekomendasikan melepas poundsterling, euro, dan franc Swiss.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie