Bersiap-sedia hadapi roller coaster di bursa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat dan sukses ditutup di level 5.816,59. Meski begitu, kemungkinan indeks saham kembali tertekan masih terbuka.

Ya, pasar saham Indonesia ibarat tengah menunggangi roller coaster. Meski akhirnya ditutup menguat, IHSG sempat turun lebih dari 1% di perdagangan sesi pertama, kemarin. Pelemahan itu terjadi akibat sentimen negatif defisit neraca perdagangan sebesar US$ 2,03 miliar yang tercatat sebagai rekor defisit terbesar sejak Agustus 2013.

Untungnya, Bank Indonesia (BI) kemudian mengumumkan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,5%. Alhasil, IHSG menguat 0,81% pada penutupan perdagangan kemarin.


Cuma, sentimen negatif masih membayangi pasar saham. Tak tertutup kemungkinan IHSG kembali melorot ke bawah level 5.700. "Krisis di Turki menjadi kekhawatiran utama pasar," ujar Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, Rabu (15/8).

Selain itu, pelaku pasar khawatir Indonesia terus mencetak defisit neraca dagang. Sebab, hal ini akan membuat defisit transaksi berjalan atawa current account deficit (CAD) makin lebar dan melebihi batas aman di 3%. Sekadar info, kejatuhan mata uang lira Turki juga diawali merosotnya CAD negara tersebut.

Yang pasti, kondisi ini membuat investor asing menjauhi pasar modal domestik dan berpotensi mendorong aksi jual di pasar saham. Kemarin, asing mencetak net sell Rp 352,97 miliar.

Hans menganalisa, jika krisis Turki bisa segera selesai, IHSG berpotensi bertahan di atas 6.000 hingga akhir tahun. Tetapi jika krisis Turki berlangsung lama dan berlarut-larut, berkaca pada krisis Yunani beberapa tahun silam, pasar saham dalam negeri akan terkena sentimen negatif.

Menjaga CAD

Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas, berpendapat, Indonesia sejatinya cukup kuat menangkal efek krisis Turki. Pemerintah perlu mencari cara mengurangi defisit neraca dagang dan menjaga CAD tidak melebar. Pemerintah juga perlu memperkuat fundamental ekonomi.

Salah satu caranya bisa dengan mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik plus menggenjot ekspor. "Karena cara apa pun selain dua hal itu tidak akan menyembuhkan sumber lukanya," imbuh Edwin.

Masalahnya, tahun politik sudah dimulai. Pemerintah belum tentu berani mengambil kebijakan tidak populer.

Tapi, IHSG masih punya penopang. Selain kenaikan suku bunga BI, pemerintah juga membatasi impor barang tertentu untuk mengendalikan defisit. "Dua hal ini menjadi sentimen positif IHSG," tambah William Hartanto, Analis Panin Sekuritas.

Namun, sentimen tersebut hanya membuat IHSG menguat terbatas. Indeks saham masih sulit menguat tajam. Untuk jangka pendek, William memprediksi pergerakan IHSG masih berkutat di rentang 5.700–5.890.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia