Bersiaplah, harga obat menanjak di 2013



JAKARTA. Efek domino pelemahan nilai tukar rupiah merembet ke industri farmasi yang sarat bahan baku impor. Hampir 90% bahan baku obat memang berasal dari luar negeri dan menyedot banyak valuta asing. Dus, harga jual obat-obatan berpotensi menanjak pada tahun depan.

Saat ini, posisi rupiah semakin melemah di hadapan dollar Amerika Serikat. Di pasar spot, Jumat (28/12), rupiah menyentuh Rp 9.679 per dollar AS, atau sudah merosot 6,73% sejak awal tahun ini.

Jalaran rupiah kian melemah, biaya impor pun bertambah. Alhasil, menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi, Darodjatun Sanusi, rencana kenaikan harga obat di tahun depan pun terbuka. "Tapi akan dilakukan hati-hati," ungkap dia, kemarin.


Dia menjelaskan komponen harga obat antara lain bahan baku, biaya pengolahan, biaya kemasan, biaya distribusi, biaya pemasaran serta biaya administrasi. Namun, biaya bahan baku menyumbang 25%-30% dari total beban keseluruhan. "Industri farmasi memperoleh 90% bahan baku dari impor," kata Darodjatun. Pasokan bahan baku impor dari China sebanyak 75%, India 20%, dan sisanya Eropa.

Darodjatun belum bisa memproyeksikan berapa besar kenaikan harga obat pada tahun depan karena tergantung strategi bisnis setiap perusahaan. Biasanya, sebelum menaikkan harga jual, perusahaan masih mempunyai pilihan lain, apalagi jika daya beli konsumen rendah. "Jika harga obat tidak naik, perusahaan lebih memilih efisiensi bahan baku dan SDM sampai mengurangi margin keuntungan," ujarnya.

Direktur Keuangan PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius, menilai pelemahan rupiah tak serta merta mengerek naik harga obat. Meski 90% bahan baku farmasi impor, pelemahan rupiah belum membuat harga bahan baku naik tajam.

Apalagi, impor bahan baku memakai management stock.  Tapi Vidjongtius tak menyangkal perusahaan farmasi punya opsi menaikkan harga obat jika rupiah terus melemah lebih dari empat bulan.

Direktur Utama PT Indofarma Tbk, Djakfarudin Junus, menyatakan pelemahan nilai rupiah belum berdampak ke harga jual obat saat ini.

Gabungan Pengusaha Farmasi memprediksi pertumbuhan penjualan farmasi selama 2013 hanya 9%, atau lebih rendah dari pertumbuhan di tahun ini yang diproyeksikan mencapai 12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.